REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah pejabat Israel secara tidak resmi membantah negaranya terlibat dalam insiden kecelakaan helikopter yang menewaskan Presiden Iran Ebrahim Raisi dan Menteri Luar Negeri Hossein Amir-Abdollahian. Helikopter dilaporkan jatuh karena kondisi cuaca buruk di dekat Jolfa, sebuah kota dekat perbatasan Azerbaijan, sekitar 600 kilometer (375 mil) barat laut ibu kota Iran.
Yerusalem sejauh ini masih menahan diri untuk memberikan komentar resmi mengenai kecelakaan helikopter yang melibatkan presiden Iran. ‘’Namun, sumber tidak resmi telah mengklarifikasi bahwa Israel tidak memiliki hubungan atau keterlibatan dalam kecelakaan helikopter yang dilaporkan terjadi karena kondisi cuaca buruk,’’ sebut laporan media Israel ynetnews.com.
Para pejabat senior Israel mengatakan bahwa kematian Raisi dan Amir-Abdollahian diperkirakan tidak akan berdampak pada Israel atau kebijakannya terhadap Republik Islam. Satu-satunya konsekuensi potensial bergantung pada siapa yang akan menggantikan Ebrahim Raisi.
Salah satu calon penggantinya adalah Mahmoud Ahmadinejad yang menjabat sebagai presiden keenam Iran dari tahun 2005 hingga 2013. Ahmadinejad dianggap sebagai musuh bebuyutan Israel.
Para pejabat senior negara Zionis menambahkan bahwa selain perubahan di Iran, tidak akan ada dampak terhadap Israel karena keputusan mengenai Israel dibuat oleh Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei. Dialah yang mengambil keputusan penting mengenai program nuklir dan kampanye teror melawan Israel.
Kematian Raisi diyakini tidak akan mengubah apapun. Namun, kematian para pejabat Iran dapat mendorong oposisi di Iran yang mungkin mengeksploitasi transisi kepemimpinan untuk meningkatkan ketidakstabilan di negara tersebut.
‘’Para pejabat Israel mengantisipasi bahwa beberapa pihak di Iran akan mencoba menyebarkan teori konspirasi tentang keterlibatan Israel dalam kecelakaan itu,’’ tulisnya.