REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Beberapa pekan terakhir Rusia meningkatkan intensitas serangan ke infrastruktur energi Ukraina. Serangan-serangan ini mengganggu pasokan listrik, air dan pemanas di kota-kota Ukraina.
Kepala Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengatakan serangan ke infrastruktur tampaknya menambah biaya untuk menjaga perekonomian Ukraina tahun depan menjadi 1 miliar dolar AS per bulan. Ia menambahkan bantuan ke negara itu harus "ditambah" lagi.
Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina mengatakan artileri Rusia menghantam posisi Ukraina di dalam dan sekitar Kota Bakhmut di timur dan ibukota wilayah Kherson di selatan. Dalam pernyataannya staf umum mengatakan pasukan Rusia mencoba untuk mengambil posisi bertahan dan menembaki kota di utara.
Pernyataan di medan pertempuran belum dapat dikonfirmasi secara independen. Rusia meninggalkan Kota Kherson bulan November lalu.
Dalam konferensi pers tahunan di Moskow, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov membela serangan rudal Rusia ke Ukraina. Ia mengatakan serangan infrastruktur Ukraina bertujuan mencegah Kiev menerima impor senjata dari Barat.
Ia tidak menjelaskan bagaimana serangan-serangan itu dapat mencapai tujuan tersebut. "Kami mematikan fasilitas energi (di Ukraina) yang mengizinkan anda (Barat) untuk memompa senjata mematikan ke Ukraina untuk membunuh warga Rusia," kata Lavrov.
"Maka jangan katakan AS dan NATO tidak berpartisipasi dalam perang, anda berpartisipasi langsung."
Sebagai tanda beberapa saluran komunikasi tetap terbuka, Kementerian Pertahanan Rusia dan kepala administrasi pemerintah Ukraina mengatakan kedua negara saling tukar 50 tahanan perang.