REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Belum ada perundingan politik untuk mengakhiri perang Rusia di Ukraina yang dimulai 24 Februari lalu. Rusia menyebut invasinya sebagai "operasi militer khusus" yang bertujuan untuk melucuti senjata dan menyingkirkan pemimpin nasionalis berbahaya negara itu.
Di stasiun televisi Ukraina, Kamis (1/12/2022) penasihat Presiden Ukraina Mykhailo Podolyak mengatakan Angkatan Bersenjata Ukraina sejauh ini telah kehilangan 10 sampai 30 ribu pasukannya.
"Kami tidak akan meminta rakyat Ukraina mengkompromikan hal yang tidak bisa mereka terima, karena mereka sangat berani," kata Presiden Prancis Emmanuel Macron usai bertemu Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden di Washington, Jumat (2/12/2022).
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengunggah pidato pada Kamis malam untuk menandai 1 Desember sebagai hari referendum kemerdekaan 31 tahun yang lalu. Saat rakyat Ukraina memilih melepaskan diri dari Uni Soviet.
"Hasrat kami hidup dengan merdeka, tidak akan rusak, rakyat Ukraina tidak pernah lagi menjadi batu kecil bagi kekaisaran tertentu," kata Zelenskyy.
Beberapa jam kemudian pasukan Rusia menembaki gedung di Kota Zaporizhzhia yang masih dikuasai Ukraina. Pejabat kota Anatoly Krutyev mengatakan serangan itu mengakibatkan kebakaran.