REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Direktur Intelijen Nasional Amerika Serikat (AS) Avril Haines mengatakan China cenderung tidak meminta pertanggungjawaban Korea Utara (Korut) atas apa yang ia sebut tes senjata dalam jumlah "luar biasa" tahun ini. Tahun ini Pyongyang mencetak rekor dalam menggelar uji coba senjata dalam satu tahun.
Pekan lalu Pemimpin Korut Kim Jong Un mengatakan tujuan utama negaranya adalah memiliki pasukan nuklir terkuat. Media Korut melaporkan hal ini disampaikan saat ia mengangkat jabatan puluhan perwira militer yang terlibat dalam peluncuran rudal balistik terbesar Korut baru-baru ini.
Komandan Komando Indo-Pasifik AS, Laksamana John Aquilino mengatakan China tidak berniat menahan negara mana pun untuk menciptakan masalah pada AS. Termasuk Korut.
"Saya berpendapat ini cukup berbeda dengan strategi mereka untuk mendorong masalah-masalah itu," kata Aquilino, di acara Forum Pertahanan Reagan di California, Ahad (4/12) yang juga dihadiri Haines.
Ia mengatakan China memiliki pengaruh yang cukup besar untuk menekan Korut mengenai uji coba senjata. Tapi ia tidak optimistis Beijing "akan melakukan sesuatu yang membantu menstabilkan kawasan."
Sebelumnya Kim Jong-Un mengatakan membangun kekuatan nuklir adalah untuk melindungi martabat dan kedaulatan dan rakyat. "Tujuan utamanya adalah memiliki pasukan strategis terkuat di dunia, kekuatan absolut yang tidak pernah ada pada abad ini," kata Kim pada para perwira militer seperti dikutip media Korut, Ahad (27/11/2022) lalu.
Ia menyebut Hwasong-17 sebagai "senjata strategis terkuat di dunia" dan mengatakan senjata ini menunjukkan kemampuan Korut untuk membangun pasukan terkuat di dunia.
"(Ilmuwan Korut telah melakukan) lompatan ke depan yang luar biasa dalam pengembangan teknologi pemasangan hulu ledak nuklir di rudal balistik," kata Kim tanpa menjelaskannya lebih lanjut.