Senin 12 Dec 2022 16:30 WIB

Inggris Hadapi Aksi Mogok Kerja Massal

Aksi mogok dilakukan tenaga medis, guru, pekerja kereta api hingga layanan pos

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
 Lalu lintas jalan padat di London, Inggris, 10 November 2022. Pemogokan oleh pekerja transportasi di seluruh London menyebabkan kekacauan perjalanan. Inggris menghadapi mogok massal mulai dari pekerja kereta api hingga tenaga medis.
Foto: EPA-EFE/ANDY RAIN
Lalu lintas jalan padat di London, Inggris, 10 November 2022. Pemogokan oleh pekerja transportasi di seluruh London menyebabkan kekacauan perjalanan. Inggris menghadapi mogok massal mulai dari pekerja kereta api hingga tenaga medis.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perawat Inggris akan melakukan aksi mogok pada pekan ini untuk menuntut kenaikan gaji. Aksi mogok ini akan memukul layanan rumah sakit yang sudah kewalahan dan memberikan tekanan kepada Perdana Menteri Rishi Sunak untuk memadamkan gelombang aksi industri terbesar yang melanda Inggris dalam beberapa dekade.

Aksi mogok tenaga medis berlangsung di tengah aksi serupa oleh para pekerja kereta api, layanan pos, dan guru. Aksi mogok massal ini akan semakin memperkeruh ekonomi yang kemungkinan sudah jatuh dalam resesi.

Serikat pekerja menuntut kenaikan gaji dua digit untuk mengimbangi inflasi yang mencapai 11,1 persen pada Oktober, atau tertinggi dalam 41 tahun. Tetapi pemerintah sejauh ini menolak untuk menaikkan gaji dan memperketat undang-undang untuk menghentikan beberapa pemogokan. Ketidaksepakatan ini akan menjadi era "winter of discontent", yaitu mengacu pada pertempuran industri yang mencengkeram Inggris pada1978-1979.

Aksi mogok terjadi hampir setiap hari di Inggris. Union memperkirakan lebih dari 1 juta hari kerja akan hilang pada Desember. Ini menjadikan Desember sebagai bulan terburuk untuk gangguan kerja sejak Juli 1989.

Seorang profesor politik dan masyarakat Eropa di University of Bath, Susan Milner, mengatakan, aksi mogok saat ini sangat berbeda dari sebelumnya. Dia merunjuk pada beragam sektor yang terkena dampak dan krisis biaya hidup.

"Ada potensi bagi mereka untuk meregang dan (bagi pekerja yang mogok untuk) menggali diri mereka sendiri dan kemudian itu benar-benar bisa menjadi sesuatu yang sudah lama tidak kita lihat," kata Milner.

Aksi mogik walk-out in rail oleh anggota  RMT yang dimulai pada Juni adalah aksi terbesar serikat pekerja selama lebih dari 30 tahun. Sedangkan untuk perawat, ini adalah aksi mogok nasional pertama dalam sejarah Royal College of Nursing (RCN) yang berusia 106 tahun. Perawat akan melakukan aksi mogok pada  Kamis (15/12/2022) dan Selasa pekan depan yaitu pada 20 Desember.

Serikat pekerja mengatakan, tawaran kenaikan gaji sekitar 4 persen  tidak cukup. Karena pekerja tidak mengalami pertumbuhan upah  selama dekade terakhir.  Dalam banyak kasus, aksi mogok ini juga menuntut kondisi kerja.

"(Untuk perawat) pekerjaan semakin sulit sepanjang waktu dengan gaji yang semakin berkurang," kata Direktur RCN, Patricia Marquis.

Pemerintah berharap prakiraan inflasi yang mulai turun mulai pertengahan 2023 bisa membantu pekerja. Sunak,  mengatakan, pemerintah tidak mampu membayar kenaikan gaji untuk pekerja sektor publik. Tetapi karena aksi mogok menyebabkan layanan publik terganggu, maka diperkirakan dapat memaksa pemerintah untuk mengalah.

Sunak ingin memperluas undang-undang untuk mempertahankan beberapa layanan transportasi dan melarang pemogokan di beberapa sektor lain.  Tentara akan dikerahkan untuk mengemudikan ambulans dan menggantikan petugas imigrasi di bandara selama aksi mogok.

Aksi mogok kerja massal mengakhiri hubungan industri yang relatif stabil di Inggris, dibandingkan dengan tetangga di Eropa seperti Prancis dan Spanyol.  Namun aksi mogok kerja massal ini tidak akan banyak menghilangkan hari kerja efektif seperti pada 1970-an dan 1980-an, ketika hampir setengah dari semua pekerja mogok kerja.

Sekitar 1 juta hari kerja diperkirakan akan hilang akibat pemogokan Desember ini. Jumlah ini relatif kecil dibandingkan dengan 12 juta hari kerja yang hilang pada September 1979. Ini adalah periode dalam sejarah Inggris yang dikenal sebagai "winter of discontent". Istilah ini diambil dari kalimat pembuka Richard III karya Shakespeare.

Ekonom senior Berenberg Kallum Pickering meyakini serikat pekerja memiliki andil lebih kuat dalam ekonomi yang membutuhkan lebih banyak pekerja. "Pekerja akan memiliki lebih banyak daya tawar upah di dunia yang kekurangan tenaga kerja terus-menerus," ujarnya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement