Rabu 14 Dec 2022 09:21 WIB

27 Jenazah Migran Ditemukan di Gurun Chad

Empat dari puluhan migran tersebut adalah anak-anak.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Migran (ilustrasi). Sebanyak 27 jenazah migran, empat di antaranya anak-anak, telah ditemukan di sebuah gurun di Chad.
Foto: EPA-EFE/Massimo Pica ITALY OUT
Migran (ilustrasi). Sebanyak 27 jenazah migran, empat di antaranya anak-anak, telah ditemukan di sebuah gurun di Chad.

REPUBLIKA.CO.ID, N’DJAMENA -- Sebanyak 27 jenazah migran, empat di antaranya anak-anak, telah ditemukan di sebuah gurun di Chad. Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengaku terkejut dan sedih atas penemuan tersebut.

IOM mengungkapkan, para migran tersebut pergi menggunakan truk angkut hampir satu setengah tahun lalu dari Moussoro, sebuah kota di Chad barat-tengah. Para migran diyakini tersesat jauh di padang pasir ketika truk yang mereka tumpangi mogok. Mereka akhirnya tewas akibat kehausan.

Baca Juga

“Kami sangat sedih dengan tragedi terbaru ini dan menyampaikan belasungkawa tulus kami kepada keluarga para migran. Kami membutuhkan tindakan kolektif yang lebih kuat untuk mencegah kematian lebih lanjut,” kata Kepala Misi IOM di Chad Kathrin Schaefer, Selasa (13/12/2022).

Menurut IOM, lebih dari 5.600 orang tewas atau hilang saat mencoba menyeberangi Gurun Sahara dalam delapan tahun terakhir. Sebanyak 110 kematian migran, termasuk kasus terbaru, tercatat di Chad. Namun IOM meyakini jumlah korban tewas sebenarnya lebih tinggi. Sebab banyak kematian yang tidak tercatat. Tahun ini hampir 150 migran tewas di gurun itu tersebut.

Selama beberapa dekade Chad telah menjadi rute transit bagi orang-orang yang mencoba mencapai Libya dan negara-negara Afrika Utara lainnya. Dari sana mereka akan mencoba menyeberangi Laut Mediterania untuk mencapai Eropa. Sejak 2016, tekanan negara-negara Uni Eropa untuk mencegah migrasi ilegal telah memaksa para migran mengambil rute berbahaya yang mengakibatkan banyak kematian.

“Para migran itu berasal dari Sudan Selatan, Republik Demokratik Kongo, Republik Afrika Tengah, Nigeria, Kamerun, dan negara-negara lain di kawasan yang bersedia mengambil risiko dengan harapan mencapai Afrika Utara dan akhirnya Eropa,” kata Rida Lyammouri, rekan senior di Policy Center for the New South, sebuah organisasi yang berbasis di Maroko.

“Kadang-kadang mereka harus mengambil rute yang lebih berisiko untuk menghindari pasukan keamanan dan penyelundup manusia dan terkadang risiko itu bisa merenggut nyawa mereka,” ungkap Lyammouri menambahkan.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement