Ahad 18 Dec 2022 10:49 WIB

China akan Rilis Panduan Covid-19 Berorientasi Ekonomi

China merevisi aturan kebijakan nol Covid-19.

 Warga berjalan di dekat klinik demam tertutup di sebuah rumah sakit di Beijing, Ahad, 11 Desember 2022. Menghadapi lonjakan kasus COVID-19, China menyiapkan fasilitas perawatan intensif dan berusaha memperkuat rumah sakit saat Beijing menghentikan anti-virus kontrol yang mengurung jutaan orang di rumah mereka, menghancurkan pertumbuhan ekonomi dan memicu protes.
Foto: AP/Andy Wong
Warga berjalan di dekat klinik demam tertutup di sebuah rumah sakit di Beijing, Ahad, 11 Desember 2022. Menghadapi lonjakan kasus COVID-19, China menyiapkan fasilitas perawatan intensif dan berusaha memperkuat rumah sakit saat Beijing menghentikan anti-virus kontrol yang mengurung jutaan orang di rumah mereka, menghancurkan pertumbuhan ekonomi dan memicu protes.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China segera menerbitkan panduan protokol kesehatan antipandemi Covid-19 edisi ke-10 yang berorientasi pada perkembangan ekonomi. Panduan edisi terbaru itu akan kondusif bagi China.

"Negara dengan populasi terbesar di dunia, untuk membuka diri secara bertahap sehingga pembangunan ekonomi dapat berjalan lancar," kata pakar infeksi pernapasan menular Prof Zhong Nanshan, Jumat (16/12).

Baca Juga

Mengutip data yang dimilikinya, dia menjelaskan bahwa orang yang pernah terjangkit Covid-19 varian Omicron memiliki risiko sangat kecil tertular lagi dalam jangka waktu satu tahun.

Setelah terinfeksi Omicron, pasien akan memproduksi antibodi yang kekuatannya hampir sama dengan satu dosis vaksin. Demikian disampaikanZhong seperti dikutip media setempat.

Sebelumnya dia mengatakan bahwa dampak Omicron tidak parah karena 99 dari 100 orang yang terinfeksi dapat sembuh dalam waktu 10 hari.

Saat ini Omicron telah menyebar luas di China, termasuk ibu kota Beijing. "Tetapi patogenitasnya akancepat berkurang," kata penemu wabah SARS yang mewabah di China pada 2013 itu.

Zhong memaparkan bahwa pada awal pandemi, Covid-19 menyerang saluran pernapasan atas dan paru-paru. Tetapi setelah dua tahun bermutasi, virus penyebabnya hanya terkonsentrasi pada saluran pernapasan atas saja.

Tingkat fatalitas Omicron hanya sekitar 0,1 persen atau sama dengan flu biasa, katanya.

Dia membandingkannya dengan flu burung H1N1 yang menulari 120 ribu warga China pada 2009 yang memiliki fatalitas sebesar 0,6 persen.

Zhong juga mendorong agar vaksinasi penguat digencarkan, terutama menjelang musim mudik massal untuk merayakan Tahun Baru Imlek.

Terkait dengan isu bahwa penularan Omicron di wilayah utara China, seperti Beijing, lebih kuat dibandingkan di selatan seperti Guangzhou, Zhong mengatakan tidak ada perbedaan yang signifikan pada varian virus yang terdeteksi di selatan dengan di utara.

Ia mengungkapkan bahwa di Guangzhou dan Chongqingdi wilayah barat daya, wabah didominasi Omicron subvarian BA.5.2. Sementara di Beijing dan Baoding di Provinsi Hebei didominasi subvarian BF.7 yang merupakan hasil mutasi BA.5.2.

China sebelumnya menerapkan kebijakan nol kasus Covid-19 secara ketat. Sepanjang 2022 negara itu telah beberapa kali menutup akses ke kota-kota besar dan pusat perekonomian, seperti Shanghai, Guangzhou, Xian, dan Beijing. Kebijakan itu telah menyebabkan pelambatan pertumbuhan perekonomian dan gejolak sosial.

Otoritas China melalui Dewan Pemerintahan telah mengeluarkan 10 kebijakan baru yang melonggarkan protokol kesehatanantipandemi sejak 7 Desember 2022, di antaranya dengan mencabut aturan wajib tes PCR dan pemindaian kode kesehatan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement