Senin 19 Dec 2022 14:25 WIB

Pertama Kalinya China Resmi Laporkan Kematian Covid-19 Sejak Pelonggaran

Pembatasan Covid-19 telah menahan virus tetap memicu protes yang meluas

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
 Pasien yang menunjukkan gejala Covid-19 berbaring di tempat tidur di luar Departemen Kecelakaan dan Gawat Darurat di Caritas Medical Center di Hong Kong, China, 15 Februari 2022. Sistem medis Hong Kong telah kelebihan beban oleh wabah Covid-19 gelombang kelima sementara pihak berwenang telah melaporkan lebih banyak dari 1.600 kasus terkonfirmasi dan 5.400 dugaan infeksi pada 15 Februari.
Foto: EPA-EFE/MIGUEL CANDELA
Pasien yang menunjukkan gejala Covid-19 berbaring di tempat tidur di luar Departemen Kecelakaan dan Gawat Darurat di Caritas Medical Center di Hong Kong, China, 15 Februari 2022. Sistem medis Hong Kong telah kelebihan beban oleh wabah Covid-19 gelombang kelima sementara pihak berwenang telah melaporkan lebih banyak dari 1.600 kasus terkonfirmasi dan 5.400 dugaan infeksi pada 15 Februari.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China pada Senin (19/12/2022) secara resmi melaporkan kematian pertama terkait Covid-19. Laporan ini sejak pemerintah mencabut kendali anti-virus ketat dalam beberapa pekan terakhir.

Dua kematian pada Senin adalah yang pertama dilaporkan oleh Komisi Kesehatan Nasional (NHC) sejak 3 Desember. Sejak itu, Beijing mengumumkan akan mencabut pembatasan yang sebagian besar telah menahan virus selama tiga tahun tetapi memicu protes yang meluas bulan lalu.

Pada Sabtu, seorang koresponden Reuters di Beijing melihat mobil jenazah berjejer di jalan masuk ke krematorium Covid-19 dan sekitar 20 kantong jenazah kuning di lantai ruang duka yang berdekatan. Reuters tidak dapat segera memastikan apakah kematian itu karena Covid.

Secara resmi China hanya mencatat 5.237 kematian terkait Covid-19 selama pandemi, termasuk dua kematian terakhir. Angka ini sangat kecil dari 1,4 miliar populasinya dan sangat rendah menurut standar global.

NHC juga melaporkan 1.995 infeksi bergejala pada Ahad (18/12/2022), dibandingkan dengan 2.097 sehari sebelumnya. NHC berhenti melaporkan kasus tanpa gejala minggu lalu dengan alasan penurunan pengujian PCR wajib setelah perubahan kebijakan China.

Para ahli meragukan data China dalam menanggapi situasi yang memburuk dengan cepat di lapangan. Tagar tentang dua kematian akibat Covid-19 yang dilaporkan dengan cepat menjadi trending topik teratas di platform Weibo yang mirip Twitter di China pada Senin pagi.

"Apa gunanya statistik yang tidak lengkap?" tanya seorang pengguna. "Bukankah ini menipu publik?" tulis yang lain.

Sementara itu, staf medis hingga dokter di beberapa rumah sakit di Beijing kewalahan karena banyak pasien Covid-19 berdatangan. Bahkan dokter dan staf tetap harus bekerja meskipun tertular virus.

Media China yang dihormati Caixin pada Jumat (16/12/2022) melaporkan bahwa dua jurnalis media pemerintah telah meninggal setelah tertular Covid-19. Kemudian pada Sabtu seorang mahasiswa kedokteran berusia 23 tahun juga meninggal. Namun kematian tersebut belum dipastikan menjadi jumlah kematian yang resmi dicatat pemerintah.

NHC tidak segera menanggapi pertanyaan tentang keakuratan datanya. China memang baru memulai membuka diri untuk hidup berdamai dengan Covid-19.

Namun kini negara tersebut harus membayar harga untuk melindungi populasi yang tidak memiliki kekebalan alami dan memiliki tingkat vaksinasi yang rendah di kalangan orang tua. Beberapa mengatakan jumlah kematian akibat Covid-19 di China mungkin meningkat di atas 1,5 juta dalam beberapa bulan mendatang.

Di distrik Shijingshan Beijing, pekerja medis bergerilya dari pintu ke pintu menawarkan untuk memvaksinasi lansia di rumah mereka. Secara resmi, tingkat vaksinasi China di atas 90 persen, tetapi tingkat vaksinasi orang dewasa turun menjadi 57,9 persen, dan menjadi 42,3 persen untuk orang berusia 80 tahun ke atas.

Tapi bukan hanya orang tua yang mewaspadai vaksin di China. "Saya tidak mempercayainya," kata Candice, seorang pekerja berusia 28 tahun di Shenzhen.

Ia mengutip cerita dari teman-temannya tentang dampak kesehatan setelah vaksin, serta peringatan kesehatan serupa di media sosial. Candice berbicara dengan syarat hanya nama depannya yang digunakan.

Vaksin yang dikembangkan di luar negeri tidak tersedia di China daratan untuk masyarakat umum. Penduduk China hanya mengandalkan suntikan yang tidak aktif dari produsen lokal untuk peluncuran vaksinnya.

Sementara komunitas medis China pada umumnya tidak meragukan keamanan vaksin China. Beberapa mengatakan masih ada pertanyaan tentang kemanjurannya dibandingkan dengan mRNA buatan luar negeri.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement