REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Angkatan laut Rusia dan China akan menggelar latihan militer gabungan pada 21-27 Desember. Itu merupakan latihan rutin yang sudah dilaksanakan kedua belah pihak sejak 2012.
“Tujuan utama dari latihan tersebut adalah untuk memperkuat kerja sama angkatan laut antara Rusia dan China serta menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia-Pasifik,” kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam sebuah pernyataan, Senin (19/12/2022).
Dalam latihan itu, Rusia akan mengerahkan empat kapal perangnya, termasuk kapal penjelajah rudal Varyag. Sementara China bakal menurunkan enam kapal perangnya. Sejumlah pesawat dan helikopter dari kedua negara akan turut diterjunkan. Penembakan rudal dan artileri di Laut China Timur menjadi salah satu aksi yang bakal dilakukan dalam latihan gabungan tersebut.
Sejak konflik di Ukraina pecah, Rusia berusaha mempererat hubungan politik, keamanan, dan ekonomi dengan China. Moskow melihat Presiden China Xi Jinping sebagai sekutu utama dalam aliansi anti-Barat.
Akhir bulan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, hubungan negaranya dengan China terus berkembang meskipun situasi dunia tidak stabil. Dia pun mengapresiasi kian eratnya kerja sama bilateral kedua negara, terutama di bidang energi.
“Terlepas dari situasi internasional yang rumit, kemitraan komprehensif serta ikatan interaksi strategis antara Rusia dan China terus berkembang. Industri energi tetap menjadi salah satu bidang kerja sama ekonomi kita yang utama dan berkembang paling cepat,” kata Putin dalam pesannya kepada para peserta the Fourth Russian-Chinese Energy Business Forum, dilaporkan laman kantor berita Rusia, TASS, 29 November lalu.
Pesan dari Putin itu dibacakan oleh CEO Rosneft Igor Sechin. Menurut Putin, baru-baru ini Rusia dan China berhasil memastikan tingkat hubungan bilateral yang cukup tinggi di bidang energi, mencakup sektor minyak, gas, dan batu bara. Kedua negara pun bekerja secara konsisten untuk mengimplementasikan proyek bersama skala besar di pembangkit listrik tenaga nuklir China dan produksi gas alam cair.
Putin menambahkan, ia mengharapkan agar Russian-Chinese Energy Business Forum dapat melakukan kegiatan yang konstruktif dan bermanfaat. Selain itu, dia berharap gagasan dan usulan yang diajukan oleh para peserta di forum tersebut dapat dimanfaatkan secara praktis.
China adalah mitra dagang utama Rusia. Pada 2021, perputaran perdagangan antara kedua meningkat sebesar 35 persen menjadi senilai 140,7 miliar dolar AS. Pada periode Januari-Oktober 2022, volume perdagangan bilateral kembali melonjak sebesar 27 persen (lebih tinggi dari periode yang sama tahun 2021) menjadi 143 miliar dolar AS.