Kamis 22 Dec 2022 09:52 WIB

Rusia akan Dirikan Pangkalan Angkatan Laut di Dua Kota Ukraina 

Militer akan mendirikan pangkalan di kota Pelabuhan Berdyansk dan Mariupol.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Sebuah kapal kargo kering Bulgaria ditambatkan di dermaga dengan latar belakang penyimpanan biji-bijian di Pelabuhan Laut Mariupol. Rusia berencana mendirikan pangkalan untuk mendukung armada angkatan lautnya di dua kota pelabuhan di Ukraina selatan yang direbut Moskow.
Foto: AP Photo
Sebuah kapal kargo kering Bulgaria ditambatkan di dermaga dengan latar belakang penyimpanan biji-bijian di Pelabuhan Laut Mariupol. Rusia berencana mendirikan pangkalan untuk mendukung armada angkatan lautnya di dua kota pelabuhan di Ukraina selatan yang direbut Moskow.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia berencana mendirikan pangkalan untuk mendukung armada angkatan lautnya di dua kota pelabuhan di Ukraina selatan yang direbut Moskow. Menteri Pertahanan Sergei Shoigu, pada Rabu (21/12/2022) mengatakan, militer akan mendirikan pangkalan di kota pelabuhan Berdyansk dan Mariupol.

"Kami berencana mengerahkan pangkalan di sana untuk kapal pendukung, layanan penyelamatan darurat, dan unit perbaikan kapal angkatan laut,” kata Shoigu dalam sebuah laporan selama pertemuan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan pejabat tinggi militer, dilaporkan Al Arabiya, Rabu.

Baca Juga

Presiden Putin mengatakan, Rusia akan terus mengembangkan potensi militernya dan kesiapan tempur pasukan nuklir. Menurut Putin, angkatan bersenjata dan kemampuan tempur angkatan bersenjata Rusia harus ditingkatkan.

“Angkatan bersenjata dan kemampuan tempur angkatan bersenjata kita terus meningkat setiap hari. Dan proses ini, tentu saja, akan kami tingkatkan. Rusia juga akan meningkatkan kesiapan tempur triad nuklir kita," ujar Putin.

Putin mengatakan, rudal jelajah hipersonik Zircon baru dapat digunakan pasukan Rusia mulai Januari. Dalam pidato pada Rabu (20/12/2022), Putin kembali menuduh Barat memprovokasi konflik di Ukraina. Putin menilai langkah Barar ini sebagai bagian dari upaya selama berabad-abad untuk melemahkan dan memecah Rusia.  Ukraina dan sekutu Baratnya telah menolak retorika semacam itu. Mereka menggambarkan serangan Rusia sebagai tindakan agresi yang tidak beralasan.

“Kami selalu menganggap rakyat Ukraina sebagai saudara, dan saya masih berpikir demikian. Apa yang terjadi memang sebuah tragedi, tapi itu bukan akibat dari kebijakan kami," ujar Putin.

“Selama berabad-abad, musuh strategis kita telah menetapkan tujuan untuk menghancurkan dan melemahkan negara kita. Saya melihatnya sebagai terlalu besar dan menimbulkan potensi ancaman,” kata Putin.

Putin mengirim pasukan militernya ke Ukraina pada Februari dengan tujuan untuk demiliterisasi, dan mencegah negara itu bergabung dengan NATO serta menjadi benteng anti-Rusia. Putin juga mengklaim operasi militer itu bertujuan untuk "denazifikasi" Ukraina dan membebaskannya dari pengaruh kelompok nasionalis radikal dan neo-Nazi. 

Namun semua tuduhan Rusia tersebut ditepis Ukraina dan sekutunya. Putin berkomitmen akan meneruskan operasi militer Rusia di Ukraina sampai tujuannya tercapai.

"Saya tidak ragu bahwa semua tujuan yang ditetapkan akan tercapai,” kata Putin. 

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement