Oliveira Sousa mengaku berencana mendistribusikan senjata api kepada para pendukung Bolsonaro yang masih berkemah di depan sejumlah markas militer. Da Silva dan Bolsonaro memiliki visi yang bertentangan untuk Brasil. Sebagai petahana dalam pemilihan presiden lalu, Bolsonaro berjanji melanjutkan kebijakan saya kanan pemerintahannya. Sementara da Silva, yang pernah menjabat sebagai presiden Brasil selama dua periode antara 2003 dan 2010, berjanji mengembalikan Brasil ke kebijakan sosialis yang diterapkan pada masa sebelumnya.
Dalam pilpres putaran pertama 2 Oktober lalu, da Silva memperoleh 48 persen suara, sedangkan Bolsonaro 43 persen. Karena tak memenuhi ambang batas 50 persen, maka digelar putaran kedua. Dalam putaran kedua, da Silva menang tipis dari Bolsonaro dengan meraih 50,9 persen suara. Sementara Bolsonaro, menghimpun 49,1 persen suara.
Pada 2017, da Silva pernah tersandung kasus korupsi dan pencucian uang. Pada 2018, dia tetap mencalonkan diri dalam pilpres Brasil. Lawannya adalah Bolsonaro. Pada April 2018, pengadilan memutus da Silva bersalah dalam kasus korupsi yang menyeretnya.
Da Silva akhirnya dipenjara dan Bolsonaro memenangkan pilpres 2018. Setahun kemudian, da Silva dibebaskan setelah Mahkamah Agung Brasil membatalkan putusan hukuman terhadapnya. Hak politiknya pun dipulihkan sehingga dia dapat maju dalam pilpres.