Selasa 03 Jan 2023 22:07 WIB

Uni Eropa Tawarkan Bantuan ke China untuk Atasi Krisis Covid-19

Uni Eropa ingin bantu keahlian, informasi medis, serta donasi vaksin.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
 Orang-orang yang memakai masker berjalan di kawasan bisnis Beijing, China, 03 Januari 2023. Para ilmuwan telah memperingatkan China bahwa negara tersebut akan menghadapi beberapa gelombang infeksi COVID-19 karena varian Omicron bermutasi untuk menyebar lebih cepat dan menghindari kekebalan. Menurut ahli virologi Shan-Lu Liu dari Ohio State University di AS, tingkat infeksi ulang akan meningkat karena perlindungan vaksin berkurang. Orang-orang dari Beijing, Shanghai, dan Wuhan telah kembali bekerja karena pembatasan telah dicabut dan ketika China berupaya memulihkan ekonominya.
Foto: EPA-EFE/MARK R. CRISTINO
Orang-orang yang memakai masker berjalan di kawasan bisnis Beijing, China, 03 Januari 2023. Para ilmuwan telah memperingatkan China bahwa negara tersebut akan menghadapi beberapa gelombang infeksi COVID-19 karena varian Omicron bermutasi untuk menyebar lebih cepat dan menghindari kekebalan. Menurut ahli virologi Shan-Lu Liu dari Ohio State University di AS, tingkat infeksi ulang akan meningkat karena perlindungan vaksin berkurang. Orang-orang dari Beijing, Shanghai, dan Wuhan telah kembali bekerja karena pembatasan telah dicabut dan ketika China berupaya memulihkan ekonominya.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Uni Eropa pada Selasa (3/1/2023) mengaku telah menawarkan bantuan kepada China untuk menangani krisis Covid-19, termasuk donasi vaksin.  Uni Eropa berupaya mengoordinasikan langkah untuk memeriksa penumpang yang masuk dari China.

Komisi Eropa mengatakan, selama beberapa hari terakhir mereka menghubungi Beijing untuk menawarkan bantuan, termasuk keahlian, informasi medis, dan donasi vaksin. Namun sejauh ini belum ada informasi spesifik apakah China menerima tawaran bantuan dari Uni Eropa.

Baca Juga

Dalam sepekan terakhir, beberapa negara anggota Uni Eropa mengumumkan upaya pengetatan terhadap penumpang yang datang dari China. Pada saat yang sama, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa menegaskan bahwa, situasi di China tidak menimbulkan ancaman langsung terhadap kesehatan secara keseluruhan.

 “Varian yang beredar di China sudah beredar di Uni Eropa, sehingga tidak menjadi tantangan dalam merespons kekebalan warga Uni Eropa," kata Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa dalam studi dampak terbaru yang diterbitkan Selasa (3/1).

Namun untuk mengantisipasi penyebaran virus korona seperti pada awal pandemi global, para ahli medis dari negara-negara anggota Uni Eropa telah mempersiapkan tindakan potensial yang akan diambil dalam pertemuan Penanggulangan Krisis Politik Terpadu pada Rabu (3/1). Pertemuan ini bertujuan untuk mengambil keputusan terkait penanganan Covid-19 terhadap pendatang dari China.

"Wisatawan dari China perlu bersiap untuk keputusan yang diambil dalam waktu singkat," ujar pernyataan pemerintah Swedia, yang memegang kepresidenan Uni Eropa.

Selama sepekan terakhir, negara-negara Uni Eropa mengambil langkah untuk memperketat masuknya pendatang dari China. Italia adalah anggota Uni Eropa pertama yang mewajibkan tes virus korona untuk penumpang pesawat yang datang dari China. Tetapi beberapa negara lain mengatakan, tindakan seperti itu bukan pilihan terbaik untuk melindungi populasi lokal, karena varian baru yang sekarang datang dari Cina sudah ada di Eropa.

Prancis, Spanyol, dan Italia telah mengumumkan langkah-langkah independen untuk memperketat masuknya penumpang yang datang dari China. Pemerintah Prancis mewajibkan tes negatif, dan mendesak warga Prancis untuk menghindari perjalanan yang tidak penting ke China.  Prancis juga memperkenalkan kembali persyaratan wajib masker pada penerbangan dari China ke Prancis.

Sementara, Pemerintah Spanyol mewajibkan semua penumpang udara yang datang dari Cina menunjukkan tes negatif Covid-19 atau bukti vaksinasi. Amerika Serikat mengumumkan persyaratan baru pengujian Covid-19 untuk semua pelancong dari China.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement