REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Pemerintahan Taliban telah menggerebek tempat persembunyian kelompok ISIS di Afghanistan, Rabu (4/1/2023). Sebanyak delapan orang tewas dan tujuh lainnya dibekuk dalam penggerebekan tersebut.
“Anggota-anggota ini memiliki peran utama dalam serangan di hotel China dan membuka jalan bagi anggota ISKP (kelompok ISIS-Khorasan) asing untuk datang ke Afghanistan,” kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid lewat akun Twitter-nya, Kamis (5/1/2023).
Menurut Mujahid, dalam penggerebekan itu, sejumlah barang bukti berhasil disita dan diamankan. “Banyak senjata dan bahan peledak telah jatuh ke tangan pasukan keamanan,” ucapnya.
Sejak Taliban berhasil menguasai kembali Afghanistan pada Agustus 2021, negara tersebut telah menghadapi serangkaian serangan teror. Kelompok ISIS mengklaim bertanggung jawab atas sejumlah serangan yang terjadi. Taliban sempat menyatakan bahwa mereka berhasil mengalahkan jaringan ISIS di Afghanistan.
Terlepas dari klaim Taliban, aksi-aksi teror masih kerap terjadi di Afghanistan. Tak sekali pula serangan semacam itu menargetkan masjid. Pada 5 Oktober 2022, misalnya, ledakan menghantam sebuah masjid di Kabul. Masjid tersebut dilaporkan kerap dikunjungi para pegawai Kementerian Dalam Negeri Taliban.
Sebulan sebelum insiden tersebut, yakni pada 2 September 2022, Masjid Gazargah yang berada di kota Herat, Afghanistan, juga menjadi target serangan bom. Insiden itu turut menewaskan seorang ulama pro-Taliban, yakni Mujib ur Rahman Ansari. Sepanjang 2022, terdapat sejumlah masjid di Afghanistan yang diincar serangan bom. Kelompok ISIS mengklaim mendalangi beberapa serangan di antaranya.
Saat ini Taliban sedang menghadapi kecaman dan kutukan, termasuk dari negara-negara Muslim. Hal itu terkait serangkaian kebijakan mereka yang mengekang kehidupan dan hak-hak dasar perempuan Afghanistan. Bulan lalu Taliban melarang perempuan Afghanistan berkuliah dan bekerja di organisasi non-pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat, baik domestik maupun internasional.