REPUBLIKA.CO.ID, Pada 9 Januari 1945, Jenderal Douglas MacArthur dan Angkatan Darat ke-6 Amerika Serikat (AS) mendarat di Teluk Lingayen, Luzon, Filipina. Langkah AS kala itu merupakan salah satu upaya merebut Kepulauan Filipina dari Jepang.
Melansir laman History, Senin (9/1/2023), dalam sejarahnya Jepang menguasai Filipina sejak Mei 1942. Saat itu, pasukan AS dan Jenderal MacArthur berhasil dipukul mundur dan salah seorang petinggi militer AS Jenderal Jonathan Wainwright ditangkap.
Pada Oktober 1944, lebih dari 100 ribu tentara Amerika mendarat di Pulau Leyte untuk melancarkan salah satu pertempuran paling berdarah dalam perang Pasifik. Saat itu juga menandai awal berakhirnya kekuasaan Jepang.
Berbagai pemberitaan kala itu mengabadikan peristiwa tersebut dalam sebuah video saat MacArthur mendarat di Leyte pada 20 Oktober. Ia kembali ke Filipina seperti yang telah dia janjikan setelah kekalahan asli pasukan Amerika di sana.
Apa yang tidak direkam oleh pemberitaan kala itu adalah bahwa 67 hari yang dibutuhkan untuk menaklukkan pulau tersebut. Aksi penaklukan Pulau Luzon tersebut berimbas pada tewasnya lebih dari 55 ribu tentara Jepang selama dua bulan pertempuran dan sekitar 25 ribu lebih tentara terbunuh dalam pertempuran skala kecil. Sementara pasukan AS kehilangan sekitar 3.500 tentara.
Kemenangan Amerika di darat dan laut di Leyte ini membuka pintu bagi pendaratan lebih dari 60 ribu tentara Amerika di Luzon pada 9 Januari 1945. Pemberitaan melalui kamera kembali merekam MacArthur berjalan ke darat, kali ini untuk menyapa warga Filipina yang bersorak-sorai.
Meskipun pasukan Amerika menghadapi sedikit perlawanan ketika mereka mendarat, kapal penjelajah ringan Columbia dan kapal perang Mississippi terkena aksi kamikaze, dan mengakibatkan kematian 49 orang tentara Amerika.
Misi yang dilakukan pasukan AS ini tidak menemui hambatan pada awal mereka mendarat di Pulau Luzon. Hal ini berkat keberadaan gua dan terowongan pertahanan yang rumit yang dibuat oleh Jepang di Luzon.
Keberadaan gua dan terowongan ini ditujukan untuk menarik pasukan AS ke pedalaman. Ini memungkinkan Jepang untuk menghindari serangan bom awal dari pasukan AS.
Terlepas dari upaya terbaik mereka, Jepang kalah dalam pertempuran untuk Luzon dan akhirnya, pertempuran untuk menguasai seluruh Filipina dimenangkan Amerika.