REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida pada Senin (9/1/2023) memulai tur ke Eropa dan Amerika Utara, dengan agenda pembicaraan yang berfokus pada keamanan. Jepang memegang kepresidenan Kelompok Tujuh (G7) pada 2023, dan Kishida akan mengunjungi Prancis, Italia, Inggris, Amerika Serikat (AS) dan Kanada.
Pembicaraan Kishida dengan para pemimpin negara Barat berkisar dari persoalan keamanan, ekonomi, semikonduktor hingga perang di Ukraina. Termasuk meningkatnya ketegangan dengan China dan Korea Utara yang bersenjata nuklir.
"Sebagai pemimpin ketua G7 tahun ini, saya akan melakukan kunjungan untuk menegaskan kembali pemikiran kami tentang sejumlah masalah. Dengan Amerika Serikat, kami akan memperdalam aliansi bilateral dan bagaimana mempertahankan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," kata Kishida.
Kishida akan mengunjungi London dan Roma. Pada Desember lalu, Jepang, Inggris, dan Italia sepakat untuk mengembangkan jet tempur baru. Kishida akan menandatangani kesepakatan dengan Inggris yang akan menetapkan kerangka hukum untuk mengizinkan kunjungan angkatan bersenjata masing-masing.
Kishida akan menutup kunjungannya di Washington. Dia dijadwalkan bertemu dengan Presiden Joe Biden di Gedung Putih pada Jumat (13/1/2023). Kishida akan membahas rencana Jepang untuk mempersenjatai diri dengan rudal yang mampu menyerang sasaran di Cina atau Korea Utara, perjanjian pertahanan bilateral, dan upaya untuk membatasi akses Cina ke semikonduktor canggih.
Kemampuan pertahanan baru Jepang mengharuskan Washington dan Tokyo merevisi pedoman aliansi, yang memungkinkan Amerika Serikat mempertahankan kapal perang, jet tempur, dan ribuan tentaranya di Jepang. Pedoman ini terakhir kali direvisi pada 2015. Seorang pejabat Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan, pedoman tersebut kemungkinan akan menjadi salah satu topik yang dibahas oleh menteri pertahanan dan luar negeri Jepang dan AS pada Rabu (11/1) sebelum Kishida bertemu dengan Biden.
Di bidang semikonduktor, Jepang dan Amerika Serikat memperdalam kerja sama dalam pengembangan chip tingkat lanjut, di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan dengan Cina. Kedua negara sangat ingin memastikan pabrikan mereka memiliki akses ke komponen yang dianggap penting bagi industri berbasis teknologi baru seperti penyimpanan data, kecerdasan buatan, dan komputasi kuantum.
Kishida mendukung upaya Biden untuk membatasi akses Cina ke semikonduktor canggih dengan pembatasan ekspor. Namun Kishida belum memberlakukan pembatasan ekspor peralatan manufaktur chip, seperti yang diberlakukan pemerintah AS pada Oktober.
Para analis berpendapat, Kishida berharap kunjungannya ke negara-negara anggota G7 dapat meningkatkan elektabilitasnya. Dukungan terhadap Kishida menurun karena pengunduran diri kabinet dan skandal hubungan partainya dengan Gereja Unifikasi yang kontroversial.
“Mengadakan KTT G7 yang sukses akan memberinya poin politik maksimum, dan kunjungan ini adalah persiapan untuk itu,” kata seorang profesor ilmu politik di Universitas Waseda, Airo Hino.