REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Senin (9/1/2023) mengadakan konferensi untuk membantu Pakistan mengatasi dampak banjir dahsyat musim panas lalu. Banjir yang disebabkan oleh dampak perubahan iklim ini menewaskan lebih dari 1.700 orang dan menelantarkan sekitar 8 juta orang.
Perdana Menteri Pakistan Shahbaz Sharif secara langsung ikut dalam konferensi itu bersama dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. Para pemimpin dunia, termasuk Presiden Prancis Emmanuel Macron, mengambil bagian secara virtual ketika negara-negara bersatu untuk membantu Pakistan dan mengumpulkan donasi sekitar 16,3 miliar dolar AS untuk rekonstruksi.
Konferensi tersebut telah dibentuk sebagai uji kasus tentang seberapa banyak dunia kaya akan membantu negara-negara berkembang seperti Pakistan dalam mengelola dampak iklim, dan bersiap menghadapi bencana lainnya. Banyak ilmuwan, pembuat kebijakan, dan lainnya mengatakan bahwa emisi gas yang memerangkap panas ke atmosfer, yang sebagian besar dihasilkam oleh negara-negara industri dari generasi ke generasi merupakan penyebab utama pemanasan iklim global.
Ribuan warga Pakistan masih tinggal di daerah terbuka di rumah-rumah darurat dan tenda-tenda di dekat genangan air di Sindh Selatan. Termasuk di beberapa daerah di barat daya Baluchistan. Ini adalah dua provinsi yang paling parah dilanda banjir di Pakistan.
"Saya akan mempresentasikan kasus korban banjir di hadapan dunia dan menyoroti langkah-langkah yang telah diambil pemerintah untuk memberikan bantuan dan rehabilitasi," ujar Sharif.
Banjir di Pakistan terjadi pada Juni dan Oktober. Banjir merusak 2 juta rumah dan menghanyutkan jalan sepanjang 13.000 kilometer. Pada satu titik, sepertiga wilayah Pakistan terendam banjir. Para ahli mengatakan, Pakistan rentan terhadap kehancuran akibat iklim.
Otoritas Pakistan mengutip penilaian yang didukung PBB bahwa total kerusakan mencapai lebih dari 30 miliar dolar AS. PBB mengatakan, dana yang terkumpul untuk korban banjir Pakistan akan habis bulan ini. Sementara permohonan darurat yang diluncurkan pada Oktober hanya mengumpulkan sekitar sepertiga dari total 816 juta dolar AS yang ditargetkan untuk makanan, obat-obatan, dan perlengkapan lain untuk warga Pakistan.