REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Menteri Luar Negeri Pakistan meminta masyarakat internasional untuk memberikan bantuan pada korban banjir. Permintaan emosional itu disampaikan sebelum pertemuan pendonor di Jenewa pekan depan.
Dikutip dari ABC News, pertemuan yang digelar PBB dan Pakistan itu bertujuan menggalang dana untuk korban banjir musim panas lalu yang menurut pakar disebabkan perubahan iklim. Bencana itu menewaskan 1.739 orang dan berdampak pada 33 juta lainnya. Di satu titik sepertiga Pakistan terendam banjir.
Menteri Luar Negeri Bilawal Bhutto-Zardari berusaha menarik simpati terhadap penyintas yang kehilangan rumahnya, banyak dari mereka yang kini terpaksa tinggal di ruang terbuka di tengah musim dingin. Ia mengatakan tujuannya agar dunia tidak melupakan para korban banjir.
Baru-baru ini PBB memperingatkan dana yang dikumpulkan untuk korban banjir Pakistan akan habis setelah 15 Januari. Sebab sejauh ini lembaga internasional hanya menerima sepertiga dari 816 juta dolar AS dari bantuan darurat yang dipergunakan untuk makanan, obat-obatan dan pasokan lain untuk para penyintas.
"Masyarakat Pakistan tidak bersalah tapi mereka yang membayar mahal karena banjir yang disebabkan perubahan iklim," kata Bhutto-Zardari dalam pidatonya yang disiarkan televisi dari Badin, salah satu daerah yang terdampak banjir paling parah di Provinsi Sindh, Selasa (3/1/2023).
Ia mengatakan peran Pakistan dalam pemanasan global kecil tapi rentan terhadap bencana yang dipicu perubahan iklim. Pakar mengatakan Pakistan hanya menghasil kurang dari 1 persen karbon dioksida yang memerangkap panas di atmosfer.
Sebelum hujan lebat yang melanda Pakistan pada pertengahan Juni lalu negara yang kekurangan dana segara itu sudah mengalami krisis ekonomi. Pakar memperkirakan kerugian akibat banjir sekitar 40 miliar dolar AS.
Tanpa bantuan internasional Pakistan tidak akan dapat membangun kembali rumah-rumah dan infrastruktur yang hancur.