Rabu 11 Jan 2023 12:12 WIB

Komandan Garda Revolusi Iran akan Balas Dendam Terhadap Charlie Hebdo

Charlie Hebdo menerbitkan karikatur Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei pekan lalu.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
 Ulama Iran memegang foto pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei selama demonstrasi protes anti-Prancis di depan kedutaan Prancis di Teheran, Iran, Ahad (8/1/2023). Iran mengutuk keras penerbitan kartun yang menggambarkan pemimpin tertinggi Iran Aayatollah Ali Khamenei oleh majalah Prancis Charlie Hebdo.
Foto: EPA-EFE/ABEDIN TAHERKENAREH
Ulama Iran memegang foto pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei selama demonstrasi protes anti-Prancis di depan kedutaan Prancis di Teheran, Iran, Ahad (8/1/2023). Iran mengutuk keras penerbitan kartun yang menggambarkan pemimpin tertinggi Iran Aayatollah Ali Khamenei oleh majalah Prancis Charlie Hebdo.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Komandan Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC), Hossein Salami pada Selasa (10/1/2023) bertekad akan membalas dendam terhadap majalah satir Prancis, Charlie Hebdo atas penerbitan karikatur Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei. Teheran menganggap karikatur itu telah 'menghina' Khamenei. 

“Anda telah membuat kesalahan besar, tetapi cepat atau lambat umat Islam akan membalas dendam, dan Anda dapat menangkap para pembalas, tetapi yang mati tidak akan hidup kembali,” kata Salami, dilaporkan Al Arabiya, Selasa (10/1/2023).

Baca Juga

Charlie Hebdo menerbitkan karikatur Khamenei pekan lalu untuk mendukung protes yang sedang berlangsung di Iran.

Salami mengatakan, Charlie Hebdo juga dapat dikenakan tindakan serupa terkait serangan terhadap novelis Salman Rushdie pada Agustus.

"Saya merujuk orang Prancis dan direktur lembaga ini (Charlie Hebdo) pada nasib Salman Rushdie," kata Salami.

Rushdie ditikam pada 12 Agustus saat dia bersiap untuk berbicara di sebuah acara di New York bagian barat. Dia telah lama menghadapi ancaman pembunuhan untuk novel kontroversialnya, The Satanic Verses, yang diterbitkan pada 1988.

Pada 1989 pemimpin tertinggi Iran saat itu, Ruhollah Khomeini, mengeluarkan fatwa yang menyerukan pembunuhan terhadap Rushdie dan siapa pun yang terlibat dalam penerbitan buku tersebut karena penistaan ​​agama.

Kelompok Hizbullah yang didukung Iran di Lebanon juga mengutuk kartun tersebut dan meminta Prancis untuk menghukum Charlie Hebdo. "Khamenei bukan hanya seorang pemimpin politik tetapi simbol agama bagi puluhan juta orang beriman," ujar Hizbullah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement