REPUBLIKA.CO.ID, DAVOS -- Aktivis perubahan iklim Greta Thunberg dijadwalkan bertemu direktur eksekutif Badan Energi Internasional (IEA) Fatih Birol di Davos, Swiss. Hal ini disampaikan panitia pertemuan tahunan World Economic Forum (WEF), Rabu (18/1/2023).
Aktivis Swedia itu dijadwalkan bertemu Birol bersama aktivis lainnya Helena Gualinga, Vanessa Nakate dan Luisa Neubauer. IEA yang merekomendasikan kebijakan energi global belum memberikan komentar.
Thunberg sudah dibebaskan setelah sempat ditahan bersama aktivis perubahan iklim lainnya dalam unjuk rasa di Jerman.
"Kemarin saya bagian dari kelompok yang memprotes dengan damai perluasan tambang batu bara di Jerman, kami ditipu polisi dan kemudian ditahan tapi kami dibebaskan pada sore harinya, perlindungan iklim bukan kejahatan," cicit Thunberg.
Mantan wakil presiden Amerika Serikat (AS) Al Gore di Davos sepakat dengan upaya Thunberg di Jerman. Ia mengatakan memburuknya krisis perubahan iklim semakin cepat dibandingkan kemampuan dunia untuk mengatasinya.
"Kami tidak menang, krisis semakin cepat memburuk dibandingkan kami menerapkan solusi-solusi ini," kata Al Gore di panel WEF yang menekankan kesenjangan antara "orang yang cukup tua untuk berkuasa dan anak muda di dunia."
Keberadaan Thunberg saat ini masih belum diketahui, ia menghadiri WEF di Davos pada Januari 2020. Saat itu ia menantang pemimpin dunia termasuk mantan presiden AS Donald Trump untuk bertindak mengatasi perubahan iklim.
"Rumah kita masih kebakaran," katanya saat itu.
Ia juga berpartisipasi dalam protes di sela pertemuan yang mempertemukan pemimpin politik dan bisnis dari berbagai penjuru dunia di Swiss. Perubahan iklim salah satu agenda utama pertemuan itu tahun ini yang memprotes peran perusahaan minyak raksasa, para aktivis mengatakan mereka membajak debat soal bagaimana mengatasi pemanasan global.
Perwakilan perusahaan energi besar seperti BP, Chevron, Occidental Petroleum Corp dan Saudi Aramco termasuk di antara 1.500 pemimpin bisnis yang berkumpul di sana. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres meminta peserta WEF membuat janji emisi nol karbon yang "kredibel" dan dapat dipertanggung jawabkan.
Pada pekan ini di media sosial para aktivis menekan perusahaan minyak dan gas melalui kampanye "cease and desist" atau hentikan dan berhenti yang disponsori Thunberg, Nakate, Neubauer dan Gualinga di situs nirlaba Avaaz.
Seruan yang telah mengumpulkan 850 tanda tangan menuntut CEO perusahaan energi raksasa "segera berhenti membuka lokasi minyak, gas atau ekstrak batu bara yang baru, dan berhenti menghalangi transisi energi bersih yang sangat dibutuhkan."
Para aktivis mengancam akan menggunakan jalur hukum dan berunjuk rasa bila tuntutan itu tidak dipenuhi. Industri minyak dan gas mengatakan mereka harus berperan dalam transisi energi karena bahan bakar fosil masih berperan besar dalam energi campuran saat ekonomi-ekonomi dunia beralih ke energi rendah karbon.