REPUBLIKA.CO.ID, LIMA -- Polisi Peru menangkap lebih dari 200 orang yang dituduh memasuki kampus terbesar di Lima secara ilegal, Jumat (20/1/2023) malam waktu setempat. Hal ini dipicu oleh protes antipemerintah menyebar ke seluruh negeri.
Bahkan pihak berwenang di Cusco juga menutup benteng wisata terkenal Peru, Inca di Machu Picchu serta jalur Inca. Puluhan warga Peru terluka setelah pengunjuk rasa dan polisi bentrok pada Jumat lalu. Pasukan keamanan di ibu kota Lima menggunakan gas air mata untuk mengusir demonstran yang melemparkan botol kaca dan batu.
Tim dari divisi pencegahan kejahatan di kantor kejaksaan, Alfonso Barrenechea, mengatakan bahwa pihaknya menangkap 205 orang di Universidad Nacional Mayor de San Marcos karena masuk tanpa izin di lingkungan universitas. Mereka diduga mencuri barang elektronik.
"Sekelompok pengunjuk rasa bertopeng menyerbu kampus Jumat malam dan memindahkan personel keamanan dari kampus setelah mengambil rompi dan peralatan lain dari mereka," kata pihak universitas dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (21/1/2023).
Dalam video yang beredar di media sosial, sebuah kendaraan lapis baja terlihat mendobrak pintu kampus universitas untuk memungkinkan pasukan keamanan masuk. Sementara di wilayah Cusco, pintu gerbang ke Machu Picchu yang merupakan tambang tembaga utama Antapaccay milik Glencore (GLEN.L) menghentikan operasinya setelah pengunjuk rasa menyerang tempat itu untuk ketiga kalinya bulan ini.
Bandara di Arequipa, Cusco dan kota selatan Juliaca juga diserang oleh para demonstran. Insiden ini memberikan pukulan baru bagi industri pariwisata Peru.
"Mengingat situasi sosial saat ini di mana wilayah kita dan negara kita tenggelam, penutupan jaringan jalur Inca dan Machu Picchu telah diperintahkan, mulai 21 Januari dan hingga pemberitahuan lebih lanjut," kata otoritas budaya di Cusco, dilansir laman Reuters.
Benteng Inca yang megah adalah daya tarik wisata utama. Lebih dari satu juta pengunjung tercatat per tahun, meski jumlah itu berkurang karena pandemi.
Protes telah mengguncang Peru sejak mantan presiden Pedro Castillo digulingkan pada Desember setelah dia berusaha membubarkan badan legislatif untuk mencegah pemungutan suara pemakzulan. Kerusuhan yang hingga minggu ini terkonsentrasi di selatan Peru, telah mendorong pemerintah untuk memperpanjang keadaan darurat ke enam wilayah sehingga membatasi beberapa hak sipil. Sekitar 46 orang tewas dalam bentrokan selama berminggu-minggu dan sembilan lainnya dalam kecelakaan lalu lintas terkait barikade yang didirikan di tengah protes