Selasa 24 Jan 2023 09:16 WIB

Badan PBB Kutuk Pembakaran Alquran di Swedia

Pembakaran Alquran merupakan ekspresi kebencian terhadap umat Islam

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Para pengunjuk rasa mencoba membakar foto politikus sayap kanan Swedia-Denmark Rasmus Paludan di depan Konsulat Jenderal Swedia selama protes di Istanbul, Turki, 22 Januari 2023. Politikus sayap kanan Swedia-Denmark Rasmus Paludan diizinkan menggelar demonstrasi dan membakar mushaf Alquran di depan kedutaan Turki di Stockholm pada 21 Januari 2023.
Foto: EPA-EFE/SEDAT SUNA
Para pengunjuk rasa mencoba membakar foto politikus sayap kanan Swedia-Denmark Rasmus Paludan di depan Konsulat Jenderal Swedia selama protes di Istanbul, Turki, 22 Januari 2023. Politikus sayap kanan Swedia-Denmark Rasmus Paludan diizinkan menggelar demonstrasi dan membakar mushaf Alquran di depan kedutaan Turki di Stockholm pada 21 Januari 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Perwakilan tinggi United Nations Alliance of Civilizations (UNAOC) mengutuk pembakaran Alquran oleh politisi sayap kanan Swedia-Denmark Rasmus Paludan sebagai tindakan keji. Pemimpin partai politik sayap kanan Denmark itu melakukan aksi tersebut di luar kedutaan Turki di Swedia di bawah perlindungan polisi setempat pada pekan lalu.

“Sementara Perwakilan Tinggi menekankan pentingnya menjunjung tinggi kebebasan berekspresi sebagai hak asasi manusia, dia juga menekankan bahwa tindakan pembakaran Alquran merupakan ekspresi kebencian terhadap umat Islam,” kata juru bicara badan yang mendorong gerakan melawan ekstremisme Miguel Angel Moratinos.

Baca Juga

“Itu (pembakaran Alquran) tidak sopan dan menghina penganut Islam dan tidak boleh digabungkan dengan kebebasan berekspresi," ujarnya.

Moratinos prihatin dengan meningkatnya diskriminasi, intoleransi, dan kekerasan yang diarahkan terhadap anggota dari berbagai agama dan komunitas lain di berbagai bagian dunia. Dia menyerukan pembangunan dengan mengedepankan sikap saling menghormati dan promosi masyarakat inklusif dan damai yang berakar pada hak asasi manusia dan martabat untuk semua.

Tak lama setelah Paludan membakar Alquran, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengutuk otoritas Swedia karena gagal melarang protes tersebut. “Itu tindakan rasis. Ini bukan tentang kebebasan berekspresi,” katanya dikutip dari Aljazirah.

Negara-negara Arab  juga mengecam aksi tersebut. "Membiarkan tindakan kebencian yang menghina kesucian dan nilai-nilai Islam sama sekali tidak dapat diterima. Ini tidak lain adalah praktik demagogis yang mempromosikan kebencian dan rasisme serta mendukung agenda ekstremisme dan terorisme," kata Kementerian Luar Negeri Somalia pada Senin (23/1/2023).

Dalam sebuah posting di Twitter, Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson mengatakan, kebebasan berekspresi adalah bagian mendasar dari demokrasi. Namun dia menegaskan tindakan yang legal belum tentu sesuai.

"Membakar kitab-kitab suci bagi banyak orang adalah tindakan yang sangat tidak sopan,” katanya.

Sekelompok pengunjuk rasa berkumpul di luar kedutaan Swedia di Ankara selama akhir pekan untuk mengutuk pembakaran Alquran. Di Bangladesh, orang-orang juga berdemonstrasi menentang insiden tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement