REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA–Ahli ilmu politik, Ronald Meinardus menyebut para pengamat di Turki saat ini semuanya sepakat bahwa agenda kebijakan luar negeri Presiden Erdogan sebagian besar ditentukan oleh pertimbangan domestik.
Hal ini berlaku terutama untuk kebijakan Ankara terhadap tetangganya, Suriah. Apalagi negara Arab itu menjadi pusat perhatian akhir-akhir ini dalam kampanye pemilu di Turki.
Dalam buku Erdoğan's War: A Strongman's Struggle at Home and in Syria karya Gönül Tol menyebut pentingnya Suriah bagi kebijakan Turki bukanlah hal baru bagi Erdoğan, melainkan konstanta dari pemerintahannya selama 20 tahun.
Tol menunjukkan dalam karyanya setebal 300 halaman bahwa kebijakan luar negeri Erdogan yang pertama dan terpenting adalah tentang strategi domestiknya untuk mempertahankan cengkeramannya di negara dan Suriah mempunyai peran penting dalam upaya tersebut.
Kepentingan nasional pusat selalu dipertaruhkan bagi Turki dalam hubungannya dengan Suriah. Saat ini, misalnya, fokusnya adalah pada Kurdi Suriah yang telah berhasil mendirikan pemerintahan otonom di bagian Utara negara itu di sepanjang perbatasannya dengan Turki. Ankara melihat ini sebagai kelanjutan dari kebijakan PKK dengan nama yang berbeda.
Topik utama lainnya adalah tentang 3,6 juta pengungsi Suriah yang telah menemukan rumah baru di Turki selama perang sipil Suriah.
Sedikit yang tersisa dari 'budaya penyambutan' awal di Turki dan mayoritas orang Turki kini ngin melihat orang Suriah kembali melintasi perbatasan lebih cepat.
Serangan xenofobia sedang meningkat, dan sebagian oposisi mengobarkan suasana dengan slogan-slogan yang sebagian rasis.
Baca juga: Putuskan Bersyahadat, Mualaf JJC Skillz Artis Inggris: Islam Memberi Saya Kedamaian
Masalah pengungsi dengan demikian telah menjadi isu pemilu yang eksplosif menempatkan pemerintah di bawah tekanan untuk mengambil tindakan.
Sementara itu, ada indikasi yang berkembang bahwa apa yang hanya dapat digambarkan sebagai perubahan radikal dalam kebijakan Turki di Suriah akan segera terjadi.
Di awal tahun baru, Presiden Erdogan berbicara sekali lagi tentang kemungkinan pertemuan puncak dengan Presiden Suriah Assad.
Pertemuan semacam itu akan menjadi puncak dari proses yang telah dilakukan Moskow selama berbulan-bulan dengan tujuan menormalisasi hubungan antara Ankara dan Damaskus.
"Kami telah meluncurkan proses sebagai Rusia-Turki-Suriah," kata presiden Turki tentang rencana bersama tersebut sebagaimana dilansir dari Qantara.
"Kami akan menyatukan menteri luar negeri kami dan kemudian, tergantung pada perkembangannya, kami akan berkumpul sebagai pemimpin," tambahnya.