REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) memberlakukan larangan ekspor baru ke tujuh entitas Iran yang memproduksi drone untuk Rusia. Departemen Perdagangan AS mengatakan, Moskow menggunakan drone-drone dalam perangnya di Ukraina.
Perusahaan-perusahaan itu dan organisasi lainnya masuk dalam daftar pembatasan ekspor AS, karena aktivitasnya dianggap mengancam keamanan nasional dan kepentingan kebijakan luar negeri AS.
Departemen Perdagangan memasukkan "daftar entitas" baru itu ke jurnal harian pemerintah AS, U.S. Federal Register. Diperkirakan, akan dipublikasikan pada Rabu (1/2/2023).
Sejak Rusia menggelar invasi ke Ukraina pada Februari 2022 lalu, AS dan 30 lebih negara lainnya berusaha mengikis kemampuan militer dan pertahanan Rusia. Terutama dengan mengendalikan ekspor untuk membatasi aksesnya pada teknologi.
Entitas Iran yang masuk daftar larangan ekspor, antara lain: Design and Manufacturing of Aircraft Engines, Pasukan Angkatan Udara Garda Revolusi, Korps Penelitian Garda Revolusi dan Organisasi Jihad Mandiri, Oje Parvaz Mado Nafar Company, Paravar Pars Company, Qods Aviation Industry, dan Shahed Aviation Industries.
Selain makanan dan obat-obatan, perusahaan AS harus mendapatkan izin untuk dapat memasok barang-barang pada entitas-entitas tersebut, tapi izinnya kemungkinan akan ditolak. Izin akan ditinjau kasus per kasus.
"Sanksi-sanksi tidak berdampak pada kapasitas produksi drone Iran karena semua drone diproduksi di dalam negeri, ini mengindikasi kuat drone yang ditembak jatuh di Ukraina dan menggunakan suku cadang negara Barat bukan milik Iran," kata Misi Iran untuk PBB di New York.
Pada Januari lalu, Kanada mengumumkan akan membeli Sistem Rudal Canggih Darat-ke-Udara Nasional (NASAMS) milik AS untuk Ukraina. NASAMS merupakan sistem pertahanan udara jarak pendek hingga menengah yang melindungi target dari drone, rudal, dan serangan udara.
AS sudah memberikan dua NASAMS ke Ukraina dan beberapa lainnya masih dalam perjalanan. Sistem pertahanan udara di darat yang mirip dengan dengan Patriot dari Raytheon Technology Corp ini sudah digunakan di AS, Inggris, dan Belanda.