Kamis 02 Feb 2023 15:10 WIB

Iran Berjanji akan Balas Serangan Drone Israel

Serangan ini terjadi di tengah ketegangan antara Iran dan Barat atas aktivitas nuklir

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
Pesawat tanpa awak (drone). Ilustrasi.Kantor berita Iran, ISNA, menyalahkan Israel atas serangan drone ke pabrik militer di pusat Kota Isfahan. Dalam laporannya ISNA mengatakan Iran berjanji membalas dendam serangan yang menandai tahapan baru konflik lama antara dua negara.
Pesawat tanpa awak (drone). Ilustrasi.Kantor berita Iran, ISNA, menyalahkan Israel atas serangan drone ke pabrik militer di pusat Kota Isfahan. Dalam laporannya ISNA mengatakan Iran berjanji membalas dendam serangan yang menandai tahapan baru konflik lama antara dua negara.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Kantor berita Iran, ISNA, menyalahkan Israel atas serangan drone ke pabrik militer di pusat Kota Isfahan. Dalam laporannya ISNA mengatakan Iran berjanji membalas dendam serangan yang menandai tahapan baru konflik lama antara dua negara.

Serangan ini terjadi di tengah ketegangan antara Iran dan Barat atas aktivitas nuklir Teheran dan pasokan senjatanya termasuk drone 'bunuh diri' ke Rusia yang digunakan di Ukraina. Kedua belah pihak juga bergesekan soal unjuk rasa anti-pemerintah di Iran.

Baca Juga

Dalam suratnya ke Sekretaris Jenderal PBB, Utusan Iran untuk PBB Amir Saeid Iravani "penyelidikan awal menunjukkan Israel yang bertanggung jawab" serangan Sabtu (28/1/2023) lalu. Teheran mengatakan tidak ada korban dan kerusakan serius dalam serangan tersebut.

"Iran memiliki hak yang sah dan melekat untuk mempertahankan keamanan nasionalnya dan merespon setiap ancaman atau pelanggaran rezim Zionis (Israel) kapan pun dan di mana dibutuhkan," kata Iravani, Kamis (2/2/2023).

"Aksi yang dilakukan rezim Zionis (Israel) ini melanggar hukum internasional," tambahnya.

Sudah sejak lama Israel mengatakan mereka akan menyerang target-target Iran bila diplomasi untuk mengaktifkan kembali program nuklir atau rudal Teheran gagal. Tapi tidak pernah memberikan komentar mengenai insiden tertentu.

Perundingan untuk mengaktifkan perjanjian nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) antara Iran dan Barat masih mengalami kebuntuan sejak September lalu. AS meninggalkan JCPOA selama pemerintahan mantan presiden Donald Trump.

Sebelumnya Iran menuduh Israel merencanakan serangan menggunakan agen-agennya di dalam wilayah Iran. Pada Juli lalu Teheran menangkap tim sabotase dari milisi Kurdi yang bekerja untuk Israel. Tim itu dituduh berencana meledakan pusat industri pertahanan "sensitif" di Isfahan.

"Peralatan dan peledakan yang digunakan dalam serangan Isfahan dikirimkan ke Iran dengan bantuan kelompok anti-revolus yang berada di wilayah Kurdistan, Iran, atas perintah badan keamanan asing," kata media Iran, Nournews dalam laporannya.

Iran menuduh Israel menyabotase beberapa lokasi nuklir di provinsi Isfahan, termasuk pusat program pengayaan uranium, di Natanz. Beberapa tahun ini terjadi sejumlah ledakan dan kebakaran di sekitar lokasi militer, nuklir dan industri di Iran.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement