REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Laporan kelompok pro-pemukim WestBankJewishPopulationStats.com menyatakan pada Kamis (2/2/2023), populasi pemukim Israel di Tepi Barat sekarang mencapai lebih dari setengah juta jiwa. Para pemimpin pemukim memperkirakan pertumbuhan populasi yang lebih cepat di bawah pemerintahan ultranasionalis Israel yang baru.
Data yang juga berdasarkan angka resmi pemerintahan Israel ini juga menunjukkan populasi pemukim tumbuh menjadi 502.991 pada 1 Januari, naik lebih dari 2,5 persen dalam 12 bulan dan hampir 16 persen selama lima tahun terakhir. “Kami telah mencapai ciri yang sangat besar. Kita di sini untuk tinggal," kata direktur kelompok dan penduduk pemukiman Beit El Baruch Gordon.
Tonggak sejarah itu muncul ketika pemerintah baru Israel terdiri dari partai-partai ultranasionalis yang menentang kenegaraan Palestina. Mereka telah menempatkan perluasan pemukiman di bagian atas daftar prioritasnya.
Pemerintah telah berjanji untuk melegalkan permukiman liar yang telah lama mendapat dukungan diam-diam dari pemerintah. Israel meningkatkan persetujuan dan pembangunan rumah-rumah pemukim di sekitar Tepi Barat.
“Saya pikir di tahun-tahun mendatang pemerintahan ini akan ada lebih banyak bangunan daripada yang ada dalam 20 tahun terakhir pemerintahan,” kata Gordon.
Pemukiman telah berkembang di bawah setiap pemerintah Israel, termasuk pada puncak proses perdamaian pada 1990-an. Bahkan pemerintahan Israel yang berumur pendek sebelumnya, termasuk pihak-pihak yang mendukung kenegaraan Palestina bersama dengan mereka yang menentangnya, terus membangun permukiman.
Laporan itu juga datang ketika kekerasan baru mengguncang wilayah itu dan beberapa hari setelah kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken. Populasi pemukim terus tumbuh di bawah pemerintahan Joe Biden, meskipun seruan baru AS untuk mengendalikan konstruksi setelah bertahun-tahun pendekatan lepas tangan Presiden Donald Trump.
Laporan populasi pemukim tidak termasuk Yerusalem timur yang dianeksasi, rumah bagi lebih dari 200 ribu pemukim. Tepi Barat dan Yerusalem timur bersama-sama menjadi rumah bagi sekitar tiga juta warga Palestina.
Israel merebut Tepi Barat, Yerusalem timur, dan Jalur Gaza dalam perang Timur Tengah 1967. Sedangkan orang Palestina mencari wilayah-wilayah itu untuk negara merdeka.
Meskipun Israel menarik pasukan dan beberapa ribu pemukim dari Gaza pada 2005, Israel terus melakukan pembangunan pemukiman di Tepi Barat dan Yerusalem timur. Lusinan pemukiman memenuhi wilayah itu, beberapa hanya tinggal tempat kecil dan lainnya tersebar di kota-kota, dengan mal dan transportasi umum milik mereka sendiri.
Sebagian besar komunitas internasional dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memandang permukiman itu tindakan ilegal dan menghambat perdamaian. Orang-orang Palestina melihat mereka sebagai perampasan tanah yang merusak peluang untuk mendirikan negara yang layak dan bersebelahan.
“Semua pemukiman ilegal. Tidak ada legitimasi untuk pemukiman atau keberadaan pemukim di wilayah Palestina,” kata juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas Nabil Abu Rudeineh.
"Peningkatan jumlah pemukim adalah hasil dari kebijakan pemerintah Israel yang tidak percaya pada solusi dua negara, yang akan menciptakan negara Palestina merdeka di sebelah Israel," ujarnya.
Israel mengklaim Tepi Barat adalah wilayah yang disengketakan, bukan diduduki. Tel Aviv berpendapat bahwa nasib pemukiman harus menjadi bagian dari negosiasi untuk mengakhiri konflik. Upaya perdamaian telah hampir mati selama hampir 15 tahun, sementara Israel terus membangun di lapangan dengan lebih banyak pembangunan pemukiman dan persaingan politik Palestina memperumit upaya perdamaian.