REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Komisi Eropa telah menunjuk koordinator Uni Eropa (UE) baru untuk memerangi kebencian dan diskriminasi anti-Muslim. Posisi itu telah kosong sejak Juli 2021 atau selama 18 bulan.
"Komisi Eropa telah menunjuk Marion Lalisse sebagai koordinator baru untuk perang melawan kebencian terhadap Muslim," kata komisi itu dalam sebuah pernyataan pada Rabu (1/2/2023).
Lalisse akan bekerja dengan negara-negara anggota UE, lembaga Eropa, masyarakat sipil, serta akademisi. Dia bertugas untuk memperkuat langkah-langkah yang diambil untuk memerangi kebencian terhadap Muslim. Lalisse akan bekerja bersama dua pejabat UE lainnya, Michaela Moua dan Katherina von Schnurbein yang berurusan dengan memerangi rasisme dan antisemitisme.
"Dalam peran barunya, Koordinator akan menjadi kontak utama bagi organisasi yang aktif di bidang ini di UE," kata pernyataan Komisi Eropa dikutip dari Anadolu Agency.
Komisaris kesetaraan UE Helena Dalli menyatakan, Lalisse memastikan bahwa tindakan diambil untuk memerangi kebencian serta diskriminasi struktural dan individu terhadap Muslim. “Kita harus memerangi Islamofobia di semua bidang, termasuk pendidikan, pekerjaan, dan kebijakan sosial. Kita juga harus mengumpulkan data tentang semua kasus Islamofobia dan diskriminasi terhadap Muslim serta memantau dan memerangi manifestasi semacam itu,” ujarnya dikutip dari euobserver.
Lalisse mengatakan melalui akun Twitter pribadi, bahwa dia merasa terhormat ditunjuk untuk peran ini. Dia menyebut misinya sebagai topik penting yang membutuhkan upaya dan komitmen bersama.
Lalisse sebelumnya bekerja sebagai diplomat di misi UE di Yaman, Ghana, Mauritania, dan Maroko, serta menangani bantuan Eropa untuk Siprus Turki. Menurut Komisi Eropa, dia menghubungkan dengan berbagai organisasi masyarakat sipil di UE dan di dunia Muslim.
Menurut perkiraan Jaringan Melawan Rasisme Eropa (Enar), UE adalah rumah bagi sekitar 19 juta Muslim yang merupakan enam persen dari keseluruhan populasinya. Survei oleh Badan Hak Fundamental UE di Wina menunjukkan, satu dari tiga Muslim mengalami diskriminasi dalam 12 bulan terakhir.