REPUBLIKA.CO.ID, KIEV – Pejabat tinggi Uni Eropa (UE) berdatangan ke Kiev, Ukraina, Kamis (2/2/2023). Rencananya, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Kepala Kebijakan Luar Negeri UE Joseph Borrell menggelar pertemuan dengan Presiden Volodymyr Zelenskyy, Jumat ini.
Von der Leyen dan Borrell tiba di tengah upaya regu penyelamat menggali puing-puing apartemen di Kramatorsk, Donetsk timur yang dihantam rudal Rusia pada Rabu tengah malam. Paling tidak, tiga orang kehilangan nyawa dan 21 orang lainnya terluka.
Borrell melalui Twitter mengatakan, ‘’Kunjungan ini menjadi pesan yang kuat, UE mendukung Ukraina mempertahankan negaranya.’’ Bahkan bantuan UE ke negara ini, jelas dia, sudah mencapai 55 miliar dolar AS sejak invasi Rusia 24 Februari 2022.
‘’Eropa sejak hari pertama, berdiri bersama Ukraina. Saat ini, kami masih memberikan dukungan untuk menang dan membangun kembali Ukraina,’’ ujar Borrell. Bagi von der Leyen, ini kunjungan keempat. Pertemuan terakhir di Kiev terakhir digelar Oktober 2021.
Von der Leyen juga menegaskan kembali dukungan dan kemitraan UE yang mendalam bagi Ukraina. Di sisi lain, Kiev menduga Rusia bakal melakukan sesuatu pada 24 Februari nanti. Maka, kata Menhan Ukraina Oleksii Reznikov, negaranya perlu segera mendapat pasokan senjata.
‘’Kami katakan kepada sekutu kami, butuh senjata yang tersedia secepat mungkin,’’ katanya kepada stasiun televisi Prancis, BFM. Presiden AS Joe Biden mengesampingkan opsi untuk mengirimkan pesawat tempur F-16 untuk Kiev.
Dalam perjalanan ke Filipina, Kamis, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menjelaskan, fokus negaranya meningkatkan kemampuan militer Ukraina dengan mengirimkan artileri, kendaraan lapis baja, pertahanan udara, pelatihan bagi tentara Ukraina.
‘’Kami lakukan apapun agar mereka memiliki kemampuan memadai agar efektif di medan tempur,’’ ujar Austin. Namun Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov strategi semacam itu justru menjadi senjata makan tuan.
Menurut dia, semakin jauh jangkauan senjata yang dipaso untuk Ukraina, maka semakin dalam pula upaya Rusia untuk mengenyahkannya. Ia menegaskan, Rusia ingin melihat perang berakhir.
Namun perlu dicatat, kata Lavrov, lamanya konflik tak begitu penting dibandingkan hasil akhirnya, yaitu melindungi wilayah Rusia dan orang-orang yang tetap ingin menjadi bagian Rusia.