REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia menyebut reaksi Amerika Serikat (AS) terhadap balon mata-mata China adalah tindakan histeris. Balon China itu akhirnya ditembak jatuh oleh militer AS setelah menyusup ke wilayah udara negara itu pada pekan lalu.
Dalam sebuah posting di Telegram, juru bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova mengatakan penjelasan yang diberikan oleh pihak China tentang masuknya balon tak berawak ke wilayah udara AS karena peristiwa force majeure. Alasan itu dinilai cukup memadai dan dapat dimengerti.
"China bertindak secara bertanggung jawab dalam situasi sulit ini, yang tidak dapat dikatakan tentang reaksi impulsif Washington dan media Amerika: sulit untuk menyebutnya apa pun selain histeris," kata Zakharova dikutip dari Anadolu Agency.
"AS terus merendahkan dan menjelekkan negara-negara yang tidak berniat untuk mengikuti irama mereka karena alasan yang dibuat-buat," ujarnya.
Pentagon mengatakan pada 2 Februari, pihak berwenang AS telah mendeteksi balon pengintai China di atas wilayah negara itu. Benda itu pun ditembak jatuh pada 4 Februari oleh militer di lepas pantai Carolina Selatan.
China mengakui balon itu miliknya, tetapi mengatakan itu digunakan untuk penelitian meteorologi. Kementerian Luar Negeri Cina menyebut insiden itu sepenuhnya insiden tak terduga dan terisolasi yang disebabkan oleh force majeure. Beijing menilai reaksi Washington tidak dapat diterima dan tidak bertanggung jawab.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga telah menunda perjalanannya ke China atas peristiwa itu. Blinken mengatakan kepada Menteri Luar Negeri China Wang Yi melalui telepon, bahwa balon itu adalah pelanggaran yang jelas terhadap kedaulatan AS dan hukum internasional yang merusak tujuan perjalanan.