REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Topan Gabrielle melemah dan menjauh dari Selandia Baru pada Rabu (15/2/2023). Selandia Baru mulai menilai kerusakan yang disebabkan oleh banjir, tanah longsor dan angin kencang yang menyebabkan tiga orang tewas dan ribuan orang lainnya mengungsi.
Topan Gabrielle mencapai Selandia Baru pada Ahad (12/2/2023) sebelum menyusuri pantai timur North Island dan memotong seluruh kota. Topan ini menghanyutkan pertanian, jembatan, dan ternak, serta membanjiri rumah. Banjir membuat orang terdampar di atap.
"Syukurlah kita telah melewati badai terburuk tetapi kita belum keluar dari bahaya. Ini adalah bencana yang signifikan dan akan memakan waktu berpekan-pekan bagi daerah-daerah yang paling terkena dampak untuk pulih," kata Menteri Manajemen Darurat Kieran McAnulty dalam konferensi pers yang disiarkan televisi.
Penduduk di daerah yang paling terkena dampak parah diminta menghemat air dan makanan. Pada Selasa (14/2/2023), Selandia Baru mengumumkan keadaan darurat nasional untuk ketiga kalinya dalam sejarah.
Petugas darurat pada Rabu menemukan jenazah yang diyakini seorang petugas pemadam kebakaran sukarela yang telah hilang sejak Ahad malam, setelah terjadi tanah longsor. Dua orang lainnya dipastikan tewas di Hawke's Bay, sebuah wilayah di pantai timur North Island. Pihak berwenang memperkirakan lebih dari 10 ribu orang mengungsi.
Helikopter mengangkut orang-orang yang terjebak di atap ke tempat aman. Sementara pesawat militer akan digunakan untuk mengirimkan pasokan penting ke kota-kota terpencil.
Layanan meteorologi WeatherWatch mengatakan, Topan Gabrielle sekarang berada di timur Selandia Baru dan terus menjauh dari North Island. Cuaca saat ini mulai membaik.
Penerbangan domestik dan internasional telah dilanjutkan meskipun jadwal penerbangan mungkin terganggu selama beberapa hari. Namun sungai di Hawke's Bay terus menimbulkan risiko. Manajemen darurat setempat memerintahkan evakuasi lebih lanjut pada Rabu pagi. Listrik padam untuk sekitar 225.000 pelanggan di seluruh pulau, sehingga menghambat pembersihan.
Ibu empat anak, Jennie Perris, yang tinggal di sebidang tanah seluas 4 hektare di pinggiran Whangarei, mengatakan, keluarga mereka mengalami pemadaman listrik sejak Ahad. Perris mengatakan, jalan-jalan telah dibersihkan pada Selasa dan keluarganya dapat pergi ke kota dan mandi di rumah ibunya. Perris juga mengisi daya perangkat elektroniknya dan membeli persediaan air minum kemasan.