REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Rusia menuduh Ukraina berencana melancarkan insiden nuklir di wilayahnya sendiri. Namun, nantinya Kiev bakal menyalahkan Moskow atas insiden tersebut.
Kemenhan Rusia mengungkapkan, zat radioaktif telah diangkut dari sejumlah negara Eropa ke Ukraina. Menurut mereka, Kiev sedang mempersiapkan provokasi skala besar.
“Tujuan provokasi untuk menuduh tentara Rusia diduga melakukan serangan membabi buta pada fasilitas radioaktif berbahaya di Ukraina, yang menyebabkan kebocoran zat radioaktif dan kontaminasi di daerah tersebut," kata Kemenhan Rusia, Ahad (19/2/2023).
Kemenhan Rusia tak menyertakan bukti untuk memperkuat tudingannya kepada Ukraina. Kiev dan sekutunya pun segera membantah tuduhan Moskow. Mereka menyebut tudingan Rusia sebagai upaya sinis untuk menyebarkan disinformasi. Selain itu, mereka justru menganggap Rusia sedang merencanakan insiden nuklir, lalu melemparkan kesalahannya kepada Ukraina.
Sementara itu, anggota Uni Eropa mungkin akan menyetujui pembelian amunisi untuk Ukraina. Sebuah proposal yang diedarkan Estonia pekan lalu untuk menginvestasikan 4 miliar euro guna memperoleh 1 juta amunisi memperoleh dukungan tentatif Belanda dan Rumania.
“Sebagai pemikiran, itu sangat bagus karena amunisi adalah masalah. Ukraina membutuhkan (amunisi) jumlah besar dan kami juga perlu menambah persediaan kami,” kata Menteri Pertahanan Belanda Kajsa Ollongren dalam sebuah wawancara di sela-sela acara Munich Security Conference di Jerman.
Para menteri luar negeri Uni Eropa diperkirakan membahas proposal tersebut ketika mereka bertemu di Brussels, Belgia, Senin (20/2/2023). Keputusan akhir mengenai proposal Estonia dapat diambil ketika para pemimpin negara anggota Uni Eropa bertemu Maret mendatang.
Pasokan amunisi tengah menjadi perhatian besar seiring dengan puluhan ribu artileri, yang ditembakkan Rusia dan Ukraina setiap harinya. Menurut para pejabat Eropa, Ukraina menembakkan amunisi pada tingkat yang lebih efisien. Namun, jumlah amunisi yang terbuang tetap lebih cepat dibandingkan dengan yang dapat diproduksi Eropa.
Saat ini Eropa dan Amerika Serikat (AS) berusaha meningkatkan produksi amunisi. Tujuannya agar mereka bisa menyetok kembali dan dapat memberikan pasokan kepada Ukraina.