REPUBLIKA.CO.ID, SAO PAULO -- Banjir dan tanah longsor menewaskan 36 orang di Negara Bagian Sao Paulo, utara Brasil. Para pejabat memperkirakan, korban jiwa dapat bertambah.
Pemerintah Negara Bagian Sao Paulo mengatakan, 35 orang tewas di Kota Sao Sebastiao dan seorang gadis berusia 7 tahun tewas di Negara Bagian Ubatuba. Sejumlah kota seperti Sao Sebastiao, Ubatuba, Ilhabela, dan Bertioga paling terkena dampak.
Banjir dan longsor membuat perayaan Karnaval dibatalkan. Tim penyelamat berupaya menemukan korban hilang, terluka, dan dikhawatirkan tewas tertimpa reruntuhan bangunan.
“Tim penyelamat kami tidak berhasil mencapai beberapa lokasi, ini situasi yang kacau,” kata Wali Kota Sao Sebastiao, Felipe Augusto.
Augusto menambahkan, ada puluhan orang hilang dan 50 rumah roboh di Sao Sebastiao akibat longsor. Augusto mengunggah beberapa video di media sosial yang menggambarkan kehancuran secara meluas di kotanya. Termasuk salah satu bayi yang terjebak banjir dan diselamatkan penduduk setempat.
Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva dijadwalkan mengunjungi wilayah terdampak banjir pada Senin (20/2/2023). Pemerintah Negara Bagian Sao Paulo mengatakan, curah hujan di wilayah tersebut telah melampaui 600 milimeter (23,6 inci) dalam satu hari. Ini salah satu curah hujan tertinggi yang pernah terjadi di Brasil dalam waktu sesingkat itu.
Tayangan televisi menunjukkan, rumah-rumah terendam banjir dan hanya atapnya yang terlihat. Warga menggunakan perahu kecil untuk membawa barang dan orang ke posisi lebih tinggi. Sebuah jalan yang menghubungkan Rio de Janeiro ke kota pelabuhan Santos terhalang tanah longsor dan banjir.
Pantai utara Negara Bagian Sao Paulo sering menjadi tujuan Karnaval bagi turis kelas atas. Mereka lebih memilih untuk menjauh dari pesta jalanan besar-besaran di kota-kota besar.