REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Irak pada Selasa (21/2/2023) menandatangani kesepakatan dengan dua perusahaan Cina dan satu perusahaan Uni Emirat Arab (UEA), untuk mengembangkan enam ladang minyak dan gas sebagai bagian dari upayanya meningkatkan produksi gas alam yang sangat dibutuhkan untuk pembangkit listrik.
Selama upacara penandatanganan di Kementerian Perminyakan Irak di Baghdad, Perdana Menteri Irak Mohammed Shia' al-Sudani mengucapkan selamat kepada semua pihak atas penandatanganan kontrak untuk lelang energi kelima yang diadakan pada tahun 2018, lapor TV resmi Irak.
"Reformasi di sektor minyak adalah investasi optimal untuk kekayaan minyak, dan masuknya Irak ke pasar gas global adalah opsi yang telah kami rencanakan dan akan kami terapkan," kata al-Sudani.
"Salah satu penyebab utama krisis listrik (di Irak) adalah kekurangan bahan bakar. Kami akan mencapai swasembada gas dalam waktu tiga tahun untuk memenuhi semua kebutuhan kami," katanya pula.
Pada April 2018, Irak mengadakan lelang dalam babak penawaran untuk izin eksplorasi dan pengeboran minyak dan gas di enam blok di Irak timur dan selatan. Sebuah perusahaan minyak UEA dan dua perusahaan minyak China memenangkan penawaran dan diberikan lisensi.
Setelah memperoleh izin, kementerian menandatangani dua kontrak awal dengan perusahaan Geo-Jade Petroleum China untuk mengembangkan blok Naft Khana di provinsi timur Diyala dan Huwieza di provinsi tenggara Maysan.
Irak juga menandatangani kontrak awal dengan perusahaan China lainnya, United Energy Group (UEG), untuk mengembangkan blok al-Sindibad di provinsi selatan Basra.
Selain itu, kementerian menandatangani tiga kontrak awal dengan perusahaan Crescent Petroleum UEA untuk mengembangkan tiga blok di Kilabat-Gumar dan Khashim al-Hmer-Injana di Provinsi Diyala timur Irak, dan Khudhr al-Maa di provinsi selatan Basra.
Lelang 2018 adalah yang kelima di negara itu sejak Irak membuka sektor minyak dan gasnya untuk investasi asing pada 2009.
Irak, anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), memiliki lebih dari 145 miliar barel cadangan minyak terbukti dan 132 triliun kaki kubik cadangan gas alam terbukti.
Perekonomian Irak sangat bergantung pada ekspor minyak mentah, yang menyumbang lebih dari 90 persen pendapatan negara.