Sabtu 25 Feb 2023 20:32 WIB

Jerman Minta Cina Bersikap Tegas Soal Perang Rusia-Ukraina

Cina mengusulkan 12 poin penyelesaian politik atas krisis Ukraina-Rusia.

File foto Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier berbicara pada konferensi pers bersama dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy selama pertemuan mereka di Kyiv, Ukraina, 25 Oktober 2022. Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier meminta Cina, yang berhubungan dekat dengan Rusia, untuk mengambil sikap tegas terhadap perang di Ukraina.
Foto: AP/Andrew Kravchenko
File foto Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier berbicara pada konferensi pers bersama dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy selama pertemuan mereka di Kyiv, Ukraina, 25 Oktober 2022. Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier meminta Cina, yang berhubungan dekat dengan Rusia, untuk mengambil sikap tegas terhadap perang di Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier meminta Cina, yang berhubungan dekat dengan Rusia, untuk mengambil sikap tegas terhadap perang di Ukraina. "Rusia lah yang secara brutal menyerang negara tetangganya. Rusia yang terus mengirim pasukan baru ke garis depan," kata Steinmeier, Jumat (24/2/2023).

Dia menyuarakan keraguan atas rencana perdamaian Cina yang baru-baru ini diumumkan untuk mengakhiri perang Ukraina. "Dipertanyakan apakah negara adidaya Cina ingin memainkan peran konstruktif untuk tujuan ini. Tetapi jika ya, maka Cina tentu harus berbicara tidak hanya dengan Moskow tetapi juga dengan Kiev," kata Steinmeier dalam sebuah acara untuk memperingati satu tahun perang tersebut.

Baca Juga

Jika Cina ingin memainkan peran konstruktif untuk perdamaian di Ukraina, kata dia, maka Cina harus bergabung dengan mayoritas negara dan bekerja untuk perdamaian di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). "Kita harus bekerja sama untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip Perserikatan Bangsa-Bangsa dihormati oleh negara yang melanggarnya setiap hari," kata dia.

Presiden Jerman itu menekankan bahwa pasukan Rusia harus ditarik dari Ukraina, dan tanpa langkah ini, tidak mungkin ada perundingan untuk mengakhiri perang. "Perdamaian palsu, yang hanya menghargai perampasan tanah oleh (Presiden Rusia Vladimir) Putin dan membiarkan orang-orang bergantung pada tindakan sewenang-wenang penjajah mereka, tidak akan menjadi perdamaian yang nyata," tutur dia.

Sebelumnya, Cina mengumumkan 12 poin usulan untuk penyelesaian politik atas krisis Ukraina. Usulan tersebut menggarisbawahi pentingnya Piagam PBB dan penghormatan kedaulatan semua negara.

Usulan Cina juga menyerukan penghentian permusuhan, melanjutkan pembicaraan damai, menjaga keamanan pembangkit listrik tenaga nuklir, menghentikan sanksi sepihak, dan mempromosikan rekonstruksi pasca konflik.

Wakil Juru Bicara Pemerintah Jerman Wolfgang Buchner mengatakan adalah hal yang baik bahwa Cina mempresentasikan idenya, tetapi menekankan bahwa elemen penting tidak ada dalam usulan tersebut.

"Sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB, Cina memiliki tanggung jawab yang sangat penting untuk mengakhiri perang Rusia di Ukraina. Dan itulah mengapa bagus jika Beijing telah menyampaikan gagasannya sendiri," kata Buchner dalam konferensi pers di Berlin.

"Rencana Cina berisi sejumlah poin penting, seperti penolakan yang jelas terhadap penggunaan senjata nuklir. Pada saat yang sama, dari sudut pandang kami, elemen penting hilang--pertama dan terutama yaitu penarikan pasukan Rusia dari Ukraina," tutur dia, menambahkan.

Buchner mendesak Cina untuk membahas rencana perdamaiandengan Ukraina, dalam upaya memenuhi kepentingan keamanan Kiev. "Penting bahwa Cina sekarang juga mendiskusikan ide-ide ini secara langsung dengan Ukraina. Ini adalah satsatunya cara untuk menemukan solusi adil yang mempertimbangkan kepentingan sah Ukraina," kata dia.

 

sumber : Antara/Anadolu
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement