REPUBLIKA.CO.ID, HAWARA -- Israel menempatkan ribuan tentara ke wilayah pendudukan Tepi Barat pada Senin (27/2/2023). Pengerahan ini berlangsung sehari setelah seorang pria bersenjata Palestina membunuh dua warga Israel dan pemukim di sebuah kota Palestina.
Peristiwa pada Ahad (26/2/2023) dimulai ketika seorang pria bersenjata Palestina menembak dan membunuh dua bersaudara Hillel (21 tahun) dan Yagel Yaniv (19 tahun) di pemukiman Yahudi Har Bracha, dalam serangan penembakan di Kota Hawara Palestina di Tepi Barat utara. Pria bersenjata itu kemudian melarikan diri.
Setelah penembakan, sekelompok pemukim mengamuk di sepanjang jalan raya utama di Hawara, yang digunakan oleh pemukim Palestina dan Israel. Dalam satu video, kerumunan pemukim berdiri dalam doa saat mereka menatap bangunan yang terbakar.
Pada Ahad malam, seorang warga Palestina berusia 37 tahun ditembak dan dibunuh oleh tembakan Israel. Kemudian dua warga Palestina ditembak dan terluka, sementara seorang lainnya dipukuli dengan batang besi. Menurut petugas medis, sekitar 95 warga Palestina dirawat karena menghirup gas air mata.
Pada Senin pagi, jalan raya Hawara dipenuhi barisan mobil yang terbakar. Toko-toko yang biasanya ramai tetap tutup. Media Palestina mengatakan sekitar 30 rumah dan mobil dibakar.
Seorang juru bicara militer Israel, Letnan Kolonel Richard Hecht, menggambarkan situasi itu sebagai “keheningan yang menegangkan.” Dia mengatakan, tentara mengerahkan ratusan pasukan tambahan ke daerah itu dengan tujuan de-eskalasi. Dua batalyon dikirim pada Ahad malam dan batalyon ketiga dikerahkan pada Senin.
Sejauh ini, tentara Israel belum menangkap pria bersenjata Palestina itu. Juru bicara polisi Israel Dean Elsdunne mengatakan, delapan orang Israel ditahan sehubungan dengan kerusuhan pada Ahad, dan enam telah dibebaskan.
Pasukan Israel juga mulai memindahkan pemukim dari pemukiman liar yang sebelumnya dievakuasi di dekat kota Nablus di Tepi Barat. Beberapa pemukim telah berkemah di wilayah itu setelah penembakan mematikan pada Ahad.
Sementara Netanyahu dan Presiden Isaac Herzog mendesak pemukim untuk tidak terlibat dalam tindakan main hakim sendiri. Seorang anggota parlemen dari partai Kekuatan Yahudi ultra-nasionalis, Tzvika Foghel, mengatakan, amukan pemukim Yahudi itu akan membantu mencegah serangan Palestina.
“Saya melihat hasilnya sangat bagus,” kata Foghel kepada Radio Angkatan Darat.
Kekerasan pada Ahad telah menuai kecaman dari komunitas internasional. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan, kedua pihak harus meredakan ketegangan. Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan, pemerintah Israel harus bertanggung jawab atas tindakan teroris yang dilakukan oleh para pemukim yang berada di bawah perlindungan pasukan pendudukan.
Palestina mengklaim Tepi Barat, Yerusalem timur, dan Jalur Gaza sebagai negara masa depan. Ketiga wilayah ini direbut Israel dalam perang Timur Tengah 1967. Sekitar 700.000 pemukim Israel tinggal di Tepi Barat dan Yerusalem timur. Komunitas internasional menganggap perluasan permukiman Israel adalah ilegal dan dapat menghambat perdamaian.
Sepanjang tahun ini, 62 warga Palestina telah dibunuh oleh pasukan Israel dan warga sipil. Pada periode yang sama, 14 warga Israel tewas dalam serangan Palestina.
Tahun lalu adalah yang paling mematikan bagi warga Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem timur sejak 2004. Menurut angka dari kelompok hak asasi Israel, B'Tselem, hampir 150 warga Palestina tewas di daerah tersebut. Sementara sekitar 30 orang di pihak Israel tewas dalam serangan Palestina.
Tepi Barat adalah rumah bagi sejumlah pemukiman garis keras dan beberapa di antaranya berada di sekitar Hawara. Pemukim garis keras ini kerap merusak tanah dan properti warga Palestina.