REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Departemen Hubungan Internasional Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Lina Alexandra mengatakan Cina menjadi salah satu mitra eksternal ASEAN yang dapat membantu mengatasi krisis politik di Myanmar.
Cina merupakan salah satu mitra wicara ASEAN bersama sejumlah negara lainnya, seperti Amerika Serikat, Jepang, Kanada, Korea Selatan, dan Rusia. Mitra wicara ASEAN adalah negara dan organisasi regional atau internasional yang menjadi mitra kerja sama ASEAN di berbagai bidang.
"Saya kira Cina adalah mitra eksternal ASEAN yang sangat penting yang bisa dilibatkan untuk meningkatkan, memberikan tekanan-tekanan tertentu terhadap junta. Namun kita harus pintar dalam berhubungan dengan Cina," ujar Lina dalam sebuah diskusi di Jakarta, Selasa (28/2/2023)
Menurut Lina, Cina sangat pintar melibatkan diri dalam suatu isu. Beijing selalu bisa memainkan perannya secara terukur dan cermat.
Meskipun Cina dikenal sebagai salah satu penyokong Myanmar, tetapi Cina tampaknya tidak ingin kondisi itu mengacaukan hubungannya dengan Asia Tenggara, lanjut dia,
"Cina memiliki kepentingan kuat untuk menjaga stabilitas di sepanjang perbatasan Cina-Myanmar," ucap Lina, menambahkan.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI, Sidharto Suryodipuro, mengatakan bahwa Indonesia akan berupaya menggandeng negara-negara berkepentingan serta organisasi-organisasi internasional untuk mendukung penerapan Konsensus Lima Poin dalam mengatasi krisis politik di Myanmar.
Konsensus Lima Poin, yang disepakati pada April 2021, tak kunjung dijalankan oleh junta hingga saat ini. Pengucilan Myanmar dalam berbagai pertemuan ASEAN juga tak lantas membuat junta berhenti melakukan tindakannya ataupun melaksanakan poin-poin dalam konsensus.
"Sebagai ketua ASEAN, Indonesia akan memastikan hubungan dari negara-negara lain, baik tetangga maupun negara-negara penting lain, dalam penyelesaian masalah Myanmar serta (dukungan) organisasi internasional untuk mendukung penerapan Konsensus Lima Poin," kata Sidharto pada awal Februari lalu.