Jumat 03 Mar 2023 08:30 WIB

Pertemuan Menlu G-20 Berakhir tanpa Konsensus

Menlu AS dan Rusia melakukan pertemuan mendadak di sela pertemuan Menlu G20.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
 Menteri Luar Negeri India S. Jaishankar berpidato pada konferensi pers, pada pertemuan G20 di New Delhi, India, Kamis (2/2/2023). Para menteri luar negeri G20 bertemu di New Delhi di bawah Kepresidenan G20 India.
Foto: EPA-EFE/HARISH TYAGI
Menteri Luar Negeri India S. Jaishankar berpidato pada konferensi pers, pada pertemuan G20 di New Delhi, India, Kamis (2/2/2023). Para menteri luar negeri G20 bertemu di New Delhi di bawah Kepresidenan G20 India.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Pertemuan G20 telah berakhir tanpa konsensus tentang perang Ukraina. Cina bergabung dengan Rusia menolak untuk mendukung permintaan agar negara yang dipimpin Vladimir Putin itu menghentikan serangan ke Ukraina.

Kedua negara itu tidak menyetujui pernyataan yang menuntut penarikan penuh dan tanpa syarat Rusia dari wilayah Ukraina dalam pertemuan menteri luar negeri G20 di New Delhi pada Kamis (2/3/2023). Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar mengatakan, ada perbedaan yang tidak dapat didamaikan karena berbagai pihak memiliki pandangan yang berbeda.

Baca Juga

Subrahmanyam menyatakan, meski ada ketidaksepahaman, anggota G20 telah menyetujui sebagian besar masalah yang melibatkan negara-negara kurang berkembang. "Seperti memperkuat multilateralisme, mempromosikan ketahanan pangan dan energi, perubahan iklim, masalah gender, dan kontraterorisme," ujarnya.

Dalam acara itu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken melakukan pembicaraan tatap muka dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov. Pertemuan mendadak ini merupakan yang pertama usai invasi Rusia ke Ukraina pada Februari tahun lalu.

Blinken telah memberi tahu Lavrov untuk terlibat dalam diplomasi selama pertemuan yang tidak dijadwalkan itu. “Saya memberi tahu menteri luar negeri bahwa apa pun yang terjadi di dunia atau dalam hubungan kita, AS akan selalu siap untuk terlibat dan bertindak dalam pengendalian senjata strategis, seperti yang dilakukan AS dan Uni Soviet bahkan di puncak Perang Dingin," ujar menteri AS itu.

Menurut keterangan Departemen Luar Negeri AS, Blinken menghabiskan sebagian besar waktunya di ibu kota India untuk menjelaskan upaya AS untuk meningkatkan ketahanan energi dan pangan. Dia juga mengatakan pada pertemuan itu dengan tegas bahwa perang Rusia dengan Ukraina tidak bisa dibiarkan begitu saja.

“Sayangnya, pertemuan ini kembali dirusak oleh perang Rusia yang tidak beralasan dan tidak dapat dibenarkan melawan Ukraina, kampanye penghancuran yang disengaja terhadap sasaran sipil dan serangannya terhadap prinsip-prinsip inti Piagam PBB,” kata Blinken dikutip dari Aljazirah.

Menjelang pertemuan G20, Kementerian Luar Negeri Rusia mengecam kebijakan AS. Lembaga itu mengatakan Lavrov dan delegasinya akan menggunakan pertemuan itu untuk fokus pada upaya Barat untuk membalas dendam atas hilangnya tuas dominasi dari tangannya yang tak terelakkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement