Ahad 05 Mar 2023 00:58 WIB

Filipina Deteksi Kapal Angkatan Laut Cina di Laut Cina Selatan

Insiden ini terjadi saat ketegangan di perairan strategis itu semakin memanas.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ahmad Fikri Noor
Foto ini diambil dari pesawat angkut C-130 bersama Kepala Pertahanan Delfin Lorenzana dan Panglima Angkatan Bersenjata Jenderal Eduardo Ano menunjukkan Pulau Thitu di lepas Laut Cina Selatan pada 21 April 2017. Filipina menyebut, pasukannya menemukan kapal Angkatan Laut dan lusinan perahu milisi Cina di pulau yang disengketakan Filipina di Laut Cina Selatan.
Foto: AP Photo/Bullit Marquez
Foto ini diambil dari pesawat angkut C-130 bersama Kepala Pertahanan Delfin Lorenzana dan Panglima Angkatan Bersenjata Jenderal Eduardo Ano menunjukkan Pulau Thitu di lepas Laut Cina Selatan pada 21 April 2017. Filipina menyebut, pasukannya menemukan kapal Angkatan Laut dan lusinan perahu milisi Cina di pulau yang disengketakan Filipina di Laut Cina Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Filipina menyebut, pasukannya menemukan kapal Angkatan Laut dan lusinan perahu milisi Cina di pulau yang disengketakan Filipina di Laut Cina Selatan. Insiden ini terjadi saat ketegangan di perairan strategis itu semakin memanas.

Dikutip dari Reuters, pada Sabtu (4/3/2023) pasukan Penjaga Pantai Filipina mengatakan, sebanyak 42 kapal yang diyakini berisi personel milisi Cina terlihat di sekitar Pulau Thitu. Sementara Kapal Angkatan Laut dan Penjaga Pantai Cina terlihat "mengitari dengan lambat" perairan Laut Cina Selatan.

Baca Juga

Kedutaan Besar Cina di Manila belum menanggapi permintaan komentar mengenai hal itu.

Pulau Thitu di rantai Kepulauan Spratly merupakan pulau terbesar dan paling strategis Manila di Laut Cina Selatan. Perairan sibuk yang disengketakan Cina dan beberapa Asia lainnya. Dua pekan yang lalu, Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr mengatakan negara tidak akan kehilangan seinci pun wilayahnya di perairan itu. Manila berulang kali mengajukan protes aktivitas agresif Cina di sana.

Thitu yang di Filipina disebut Pagsa terletak sekitar 480 kilometer sebelah barat Provinsi Palawan. Pulau yang dihuni 400 orang termasuk personel militer dan penegakan hukum digunakan Manila untuk mempertahankan wilayahnya.

Pakar mengatakan kapal-kapal nelayan dan penjaga pantai Cina merupakan pusat dari ambisi strategis Beijing di Laut Cina Selatan. Kehadiran kapal-kapal itu mempersulit penangkapan ikan dan aktivitas energi lepas pantai negara-negara lain di sekitar perairan tersebut.

"Kehadiran mereka yang tidak sah jelas tidak konsisten dengan hak kapal tak bersalah dan pelanggaran keras integritas wilayah Filipina," kata pasukan Penjaga Pantai Filipina dalam pernyataannya.

Pada bulan lalu, Marcos memanggil Duta Besar Cina untuk mengajukan keluhan mengenai intensitas dan frekuensi aksi Cina di Laut Cina Selatan.

Filipina sudah mengajukan 77 keluhan terhadap aktivitas Cina di laut itu. Termasuk klaim pasukan Penjaga Pantai Cina mengarahkan langsung laser tingkat militer ke kapal Penjaga Pantai Filipina yang melakukan misi pasokan pada 6 Februari lalu.

Cina mengeklaim Kepulauan Spratly. Sementara Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam juga mengajukan klaim beberapa atau semua pulau di Kepulauan tersebut. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement