REPUBLIKA.CO.ID, VATIKAN – Paus Fransiskus menyerukan otoritas berwenang agar mampu mengatasi dan menghentikan operasi perdagangan manusia di Laut Mediterania. Hal itu disampaikan setelah sebuah kapal pengangkut migran tenggelam di lepas pantai Calabria, Italia, 26 Februari lalu. Sejauh ini, sebanyak 70 jenazah telah ditemukan akibat insiden itu.
“Saya memperbarui seruan saya untuk mencegah tragedi seperti itu terjadi lagi. Semoga pedagangan manusia dihentikan,” kata Paus Fransiskus dalam pidato mingguannya kepada para jemaat di Lapangan Santo Petrus, Ahad (5/3/2023).
Dia pun mendoakan mereka yang menjadi korban dalam insiden tenggelamnya kapal di lepas pantai Calabria. “Saya berdoa untuk para korban karamnya kapal, untuk keluarga mereka, dan untuk mereka yang selamat,” ucapnya.
Paus Fransiskus berharap peristiwa tragis seperti itu tak terulang kembali. “Semoga perjalanan harapan tidak pernah lagi berubah menjadi perjalanan kematian, dan semoga perairan jernih Mediterania tidak lagi berlumuran darah oleh kecelakaan dramatis seperti itu,” ujarnya.
Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni menyambut pernyataan Paus Fransiskus. “(Pemerintah) terus mengerahkan semua pasukan yang diperlukan untuk memerangi perdagangan manusia dan menghentikan kematian di laut,” kata Meloni.
Pekan lalu, Meloni meminta para pemimpin negara anggota Uni Eropa untuk berbuat lebih banyak dalam menghentikan imigrasi ilegal. Pada 26 Februari lalu, sebuah kapal yang mengangkut ratusan migran tenggelam di lepas pantai Calabria, Italia. Dari 70 migran yang sudah terkonfirmasi tewas, 12 di antaranya adalah anak-anak. Sementara migran yang berhasil selamat berjumlah sedikitnya 80 orang.
Kapal yang mengangkut sekitar 200 migran itu dilaporkan bertolak dari Turki beberapa hari sebelum karam di lepas pantai Calabria. Para migran di kapal tersebut berasal di berbagai negara, seperti Afghanistan, Pakistan, Iran, Somalia, dan Suriah.
Selama ini Laut Mediterania menjadi jalur utama bagi migran ilegal asal Afrika dan Timur Tengah untuk menyeberang ke Eropa. Mereka kabur dari negaranya karena berbagai alasan, mulai dari krisis pangan hingga konflik yang tak berkesudahan. Para migran berharap memperoleh kehidupan yang lebih baik di tanah Eropa.