REPUBLIKA.CO.ID, BUSAN -- Korea Selatan (Korsel) menegaskan bahwa mereka tidak memiliki rencana untuk mendapatkan senjata nuklir dan akan bergantung pada pencegahan Korea Utara yang diperpanjang dalam aliansi dengan Amerika Serikat (AS), kata Perdana Menteri Korsel Duck-soo, Selasa (7/3/2023).
"Dari sudut pandang untuk mencegah provokasi yang tidak masuk akal dari pihak Korea Utara, kami perlu bekerja lebih dekat dengan AS dalam hal perencanaan bersama atau semacam operasi dan implementasi bersama," katanya dalam sebuah pertemuan dengan wartawan asing di kota Busan, seperti yang disampaikan koresponden Sputnik yang hadir dalam pertemuan tersebut.
"Kami membutuhkan pencegahan yang lebih kuat, termasuk dengan senjata nuklir. Oleh karena itu, kami tidak memiliki rencana yang solid untuk memperoleh senjata nuklir dalam jangka waktu berapa pun."
Duck-soomenambahkan bahwa Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol tidak berbicara soal Korea Selatan memperoleh senjata nuklir ketika ia berbicara tentang perlunya kerja sama yang lebih erat antara Seoul dan Washington mengenai rencana untuk menggunakan kekuatan nuklir AS.
Seoul akan terus melakukan latihan militer bersama dengan Washington meski ada reaksi dari Pyongyang. "Kami akan melanjutkan latihan bersama dan terus memperkuat kemampuan pencegahan kami terlepas dari apa yang dilakukan Korea Utara atau bagaimana reaksi mereka terhadap tindakan kami untuk membela diri," kata Duck-soo, seraya menambahkan bahwa Seoul tidak akan berkompromi dalam masalah ini.
Dia mengakui bahwa latihan bersama pasti akan membuat Pyongyang 'gugup', namun menambahkan bahwa ini tidak bisa menjadi alasan untuk mencegah Seoul memperkuat aliansidengan Washington, yang bertujuan untuk menghalangi 'provokasi' Korea Utara.
Perdana menteri itu juga mengatakan bahwa Seoul tidak mempertimbangkan pasokan senjata mematikan ke Ukraina. "Sampai saat ini, kami tidak mempertimbangkan untuk mengirim senjata mematikan ke Ukraina. Kami akan memberikan bantuan kemanusiaan, dan kami akan terlibat dalam rekonstruksi Ukraina ketika waktunya tiba. Dan kami mendukung sektor kelistrikan Ukraina dengan menyediakannya beberapa peralatan," kata Duck-soo.
Seoul telah berjanji untuk memberikan 130 juta dolar AS (sekitar Rp2 triliun) bantuan kemanusiaan ke Kiev pada tahun 2023. Tahun lalu, bantuan Korea Selatan ke Ukraina berjumlah 100 juta dolar AS (sekitar Rp1,5 triliun)
Duta Besar Ukraina untuk Korea Selatan Dmytro Ponomarenko menegaskan kembali pada akhir Februari bahwa Kiev berharap Seoul akan menemukan cara untuk mengirim senjata ke Ukraina yang dilanda konflik tanpa penundaan untuk meningkatkan kemampuan "serangan balasan".
Penasihat presiden Ukraina Mykhailo Podolyak mengatakan kepada media Korea Selatan pada bulan Februari bahwa negosiasi antara Ukraina dan Korea Selatan mengenai pengiriman senjata ke Kiev sudah berlangsung.
Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan pada 27 Februari bahwa Seoul tidak akan menarik kembali penolakanuntuk memasok senjata ke Ukraina.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, yang mengunjungi Seoulpada 29-30 Februari, meminta Korea Selatan untuk mengikuti contoh Jerman, Swedia, dan negara lain dalam memberikan bantuan militer ke Ukraina.