REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA – Delegasi Rusia dan PBB mengadakan konsultasi di Jenewa, Swiss, Senin (13/3/2023) untuk membahas pelaksanaan kesepakatan koridor gandum Laut Hitam atau dikenal dengan istilah Black Sea Grain Initiative (BSGI). Masa berlaku kesepakatan tersebut bakal berakhir bulan ini.
Dilaporkan laman kantor berita Rusia, TASS, dalam pertemuan di markas besar PBB di Jenewa, delegasi Rusia dipimpin Wakil Menteri Luar Negeri Sergei Vershinin. Sementara perwakilan PBB dipimpin Kepala Kantor Urusan Kemanusiaan PBB Martin Griffiths dan Sekretaris Jenderal Konferensi Perdagangan dan Pembangunan Rebeca Grynspan.
Sebelum konsultasi dimulai, para peserta tak memberikan keterangan atau pernyataan apa pun kepada pers. Bulan lalu, Wakil Menteri Infrastruktur Ukraina Yuriy Vaskov mengatakan, negaranya akan kembali terlibat perundingan dengan Rusia untuk memperpanjang masa berlaku BSGI.
“Negosiasi untuk memperluas koridor gandum akan dimulai dalam sepekan dan kemudian kami akan memahami posisi semua pihak. Saya pikir akal sehat akan menang dan (masa berlaku) koridor (gandum) bakal diperpanjang,” kata Vaskov, 17 Februari lalu.
BSGI berhasil diperpanjang selama 120 hari terhitung sejak 19 November 2022. Pada 2 November tahun lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin memutuskan untuk melanjutkan keterlibatan atau partisipasi negaranya dalam BSGI.
Putin mengatakan, Ukraina telah memberikan jaminan kepada negaranya bahwa mereka tidak akan menggunakan koridor gandum untuk tujuan militer.
Pada 29 Oktober 2022, Rusia mengumumkan mereka menangguhkan implementasi kesepakatan BSGI. Hal itu dilakukan setelah sejumlah kapal dan infrastruktur militernya di Sevastopol menjadi sasaran serangan pesawat nirawak Ukraina.
BSGI disepakati Rusia dan Ukraina pada 22 Juli 2022 di Istanbul, Turki. PBB dan Turki menjadi pihak yang mengawasi proses penandatanganan kesepakatan tersebut.
Lewat BSGI, Moskow memberi akses kepada Ukraina untuk mengekspor komoditas biji-bijiannya, termasuk gandum, dari pelabuhan-pelabuhan mereka di Laut Hitam yang kini berada di bawah kontrol pasukan Rusia. Itu menjadi kesepakatan paling signifikan yang dicapai sejak konflik Rusia-Ukraina pecah pada 24 Februari tahun lalu.
Rusia dan Ukraina merupakan penghasil 25 persen produksi gandum dan biji-bijian dunia. Sejak konflik pecah Februari lalu, rantai pasokan gandum dari kedua negara itu terputus.
Ukraina tak dapat melakukan pengiriman karena jalur pengiriman dan pelabuhan-pelabuhan mereka berada di bawah kontrol Rusia. Sementara Moskow tak bisa mengekspor karena adanya sanksi Barat. Hal itu sempat memicu kekhawatiran bahwa dunia bakal menghadapi krisis pangan.