REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Signature Bank yang berbasis di New York, pemberi pinjaman utama dalam industri kripto, ditutup pada Ahad (12/3/2023) oleh regulator karena 'pengecualian risiko sistemik serupa'. Penutupan Signature Bank ini disampaikan Departemen Keuangan AS, The Federal Reserve, dan Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) dalam pernyataan bersama.
Langkah itu dilakukan dua hari setelah Silicon Valley Bank (SVB) California runtuh karena para deposan bergegas menarik dana mereka. "Semua deposan Signature Bank 'akan dibuat utuh', sama seperti resolusi Silicon Valley Bank, tidak ada kerugian yang ditanggung pembayar pajak," kata pernyataan bersama itu.
Pihak berwenang juga mengatakan pemegang saham dan pemegang utang tertentu yang tidak dijamin tidak akan dilindungi.
Didirikan pada 2001, Signature Bank adalah bank komersial yang disewa Negara Bagian New York dan dijamin FDIC dengan total aset sekitar 110,36 miliar dolar AS atau setara Rp 1.679,005 triliun (kurs Rp 15.377 per dolar AS) dan total simpanan sekitar 88,59 miliar dolar AS atau setara Rp 1.362,248 triliun pada 31 Desember 2022, menurut pernyataan terpisah yang dirilis Ahad (12/3/2023) malam oleh Departemen Jasa-jasa Keuangan New York.
Otoritas California menutup SVB pada Jumat (10/3/2023) setelah pemberi pinjaman yang berfokus pada perusahaan rintisan teknologi itu melaporkan kerugian besar dari penjualan sekuritas, memicu penurunan simpanan bank.
Keruntuhan SVB adalah kegagalan bank terbesar sejak runtuhnya asosiasi simpan pinjam AS Washington Mutual pada 2008. The Fed pada Ahad (12/3/2023) mengumumkan program pinjaman darurat baru untuk meningkatkan kapasitas sistem perbankan