REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Militer Korea Selatan (Korsel) mengonfirmasi Korea Utara (Korut) kembali menembakkan dua rudal balistik jarak pendek di lepas pantai timurnya pada Selasa (14/3/2023). Peluncuran dua rudal balistik ini yang kesekian kalinya saat Korsel dan AS melakukan latihan militer bersama di sekitar Semenanjung Korea.
Korut menembakkan rudal tersebut sekitar pukul 07.40 waktu setempat, dari Provinsi Hwanghae Selatan, dekat pantai barat Korut. "Rudal tersebut terbang meluncur hingga sekitar 620 km," kata Kepala Staf Gabungan (JCS) Korea Selatan.
Pihak JCS menambahkan dalam sebuah pernyataan, militer Korsel dalam keadaan siaga tinggi dan mempertahankan postur kesiapan penuh di bawah koordinasi erat dengan AS.
Secara terpisah, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan, pihaknya sedang mengumpulkan informasi tentang rudal tersebut. Mereka belum memastikan adanya kerusakan di dalam negeri terkait peluncuran tersebut.
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno mengatakan rudal belum dipastikan telah terbang ke wilayah Jepang atau zona ekonomi eksklusif. "Kami melihat ada kemungkinan Korut akan meningkatkan tindakan provokatif lebih lanjut, termasuk peluncuran rudal dan uji coba nuklir," kata Matsuno.
"Kami akan melanjutkan kerja sama yang erat dengan AS dan Korea Selatan atas gerakan militer Korea Utara itu, dan mengumpulkan serta menganalisis informasi dengan pengawasan," tambah Matsuno.
Komando Indo-Pasifik AS mengatakan, peluncuran terbaru rudal Korut itu tidak menimbulkan ancaman langsung terhadap personel atau wilayah AS, atau sekutunya. Tetapi dikatakan program senjata Korut tersebut telah melanggar hukum memiliki efek destabilisasi.
Militer Korea Selatan mengutuk keras sikap Korea Utara, menyebut peluncuran rudal berulang kali sebagai provokasi serius yang mengancam perdamaian dan keamanan kawasan. Korsel juga menegaskan apa yang dilakukan Korut itu pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB.
"Aliansi Korea Selatan-AS akan melakukan latihan dan pelatihan kami seperti yang direncanakan bahkan jika Korea Utara mencoba menghalangi latihan Perisai Kebebasan kami dengan provokasi," kata juru bicara kementerian pertahanan Korea Selatan dalam sebuah pengarahan.
Peluncuran itu dilakukan dua hari setelah Korea Utara menguji coba apa yang disebutnya dua rudal jelajah strategis dari kapal selam. Sebelum peluncuran itu, seminggu sebelumnya Korut dibawah komando pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memerintahkan militer untuk mengintensifkan latihan.
Latihan yang semakin intensif ini untuk mencegah dan menanggapi bila perang benar-benar nyata terjadi, dan itu menurutnya, sangat diperlukan.
Pasukan Korea Selatan dan Amerika memulai latihan bersama selama 11 hari pada Senin (13/3/2023) kemarin. Latihan tempur juga akan diadakan dalam skala yang cukup besar, yang tidak pernah terjadi sejak 2017, demi untuk melawan ancaman Korea Utara yang semakin meningkat.
Korea Utara telah lama marah pada latihan sekutu sebagai latihan untuk invasi. Pada hari Ahad, media pemerintah Korea Utara KCNA melaporkan negara tersebut telah memutuskan untuk mengambil tindakan pencegahan perang praktis yang penting, dengan mengatakan provokasi perang AS dan Korea Selatan telah mencapai garis merah.
Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan pada hari Senin bahwa AS tidak akan membiarkan langkah apa pun yang diambil Korea Utara menghalangi latihan AS dan Korsel. Dan Korut tidak bisa membatasi kedua negara dari tindakan yang dirasa perlu untuk menjaga stabilitas di Semenanjung Korea.
Sementara itu, Amerika Serikat akan mengadakan pertemuan informal anggota Dewan Keamanan PBB pada Jumat (16/3/2023) tentang pelanggaran hak asasi manusia di Korea Utara.
Kementerian Luar Negeri Korut mengecam pertemuan yang direncanakan itu sebagai ekspresi berlebihan dari kebijakan permusuhan AS terhadap Pyongyang, dan memperingatkan cara itu akan mendapatkan perlawanan terberat.
Korea Utara telah melakukan sejumlah uji coba rudal dan latihannya, dalam satu tahun terakhir. Upaya Peningkatan kapasitas tersebut, merupakan apa yang dikatakan Korut sebagai upaya untuk meningkatkan penangkal nuklirnya dan membuat lebih banyak senjata Korut yang akan beroperasi penuh.