REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin menerima Presiden Suriah Bashar al-Assad di Kremlin. Pertemuan itu fokus membahas pembangunan kembali Suriah yang hancur oleh perang saudara dan upaya stabilitas kawasan.
Kunjungan Assad menandai 12 tahun perang saudara Suriah yang diawali unjuk rasa antipemerintah. Putin menekankan, militer Rusia "berkontribusi besar" dalam menstabilkan Suriah.
Rusia menggelar operasi militer di Suriah sejak September 2015, bersama Iran membantu Pemerintah Assad memerangi kelompok oposisi bersenjata. Dengan bantuan Moskow dan Teheran itu, Assad berhasil merebut kembali sebagian besar wilayah yang sempat direbut pemberontak.
Walau kini Rusia mengonsentrasikan sumber daya militernya di Ukraina tapi Moskow tetap mempertahankan jejak militernya di Suriah. Rusia masih menempatkan pesawat tempur dan pasukannya di pangkalan-pangkalan militer Suriah.
Assad berterima kasih pada Putin mendukung kedaulatan dan integritas wilayah Suriah. Ia mencatat dukungan Rusia pada negaranya masih kuat meski perang di Ukraina.
"Meski saat ini Rusia sedang menggelar operasi khusus, posisinya masih tidak berubah," kata Assad, Rabu (15/3/2023).
Ia menggunakan istilah yang dipakai Moskow dalam menggambarkan invasi Rusia ke Ukraina.
Pertemuan yang berlangsung tiga jam ini digelar dua putaran, pertama melibatkan pejabat tinggi dari dua negara dan kedua pertemuan empat mata dua presiden. Menteri Pertahanan Rusia dan Suriah juga menggelar pertemuan terpisah yang membahas kerja sama militer.
"(Dua pemimpin membahas) kerja sama dalam berbagai bentuk dan pembangunan di bidang regional dan internasional," kata kantor Kepresidenan Suriah di Twitter.
"(Assad) menyatakan kembali posisi Suriah dalam mendukung hak Rusia mempertahankan keamanan nasional," tambah kantor Assad.
Moskow juga memberikan dukungan politik pada Assad di PBB dan aktif membantu Pemerintah Suriah memperbaiki hubungan dengan negara-negara besar di kawasan. Beberapa negara Arab yang sebelumnya mendorong Assad turun mengirimkan bantuan usia gempa 6 Februari yang mengguncang Turki dan Suriah yang menewaskan 50 ribu orang lebih termasuk 6.000 orang di Suriah.
Simpati internasional usai gempa membantu memperbaiki hubungan di kawasan. Beberapa negara mendorong dialog dengan Suriah dan memasukan kembali negara itu ke Liga Arab. Suriah dikeluarkan dari kelompok 22 negara anggota beberapa bulan setelah gejolak yang memicu perang saudara pecah.
Dalam pernyataan yang dirilis usai pertemuan Putin dan Assad, kantor Kepresidenan Suriah mengatakan, dua pemimpin itu membahas "inisiatif regional yang didukung Moskow." Kantor mengatakan Assad menekankan Suriah mendukung dialog "bila mengarah pada kepentingan rakyat dan persatuan Suriah dan integritas wilayah Suriah dan mengarah pada hasil yang jelas."
"Yang pertama-tama adalah melanjutkan perang melawan terorisme dan mengeluarkan pasukan asing ilegal yang saat ini berada di wilayah Suriah," kata kantor Kepresiden Suriah.