REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un menyerukan negaranya untuk siap melakukan serangan nuklir kapan saja untuk mencegah perang. Menurut laporan media milik pemerintah KCNA, Kim menyatakan, Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) memperluas latihan militer bersama yang melibatkan aset nuklir AS.
Pernyataan Kim disampaikan ketika negara yang terisolasi itu melakukan latihan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan serangan nuklir taktis. Kegiatan ini dilakukan dalam pencegahan perang untuk mengirim peringatan keras terhadap kedua negara yang bersekutu itu.
Dalam latihan tersebut, dikerahkan sebuah rudal balistik yang dilengkapi dengan hulu ledak nuklir tiruan. Benda itu terbang sejauh 800 km sebelum mencapai target di ketinggian 800 meter di bawah skenario serangan nuklir taktis.
Korsel dan Jepang melaporkan peluncuran rudal balistik jarak pendek Korut di lepas pantai timur pada Ahad (19/3/2023). Uji coba ini yang terbaru dari serangkaian uji coba rudal dalam beberapa pekan terakhir.
Pyongyang bereaksi keras terhadap latihan militer gabungan antara Seoul dan Washington. Korut menyebutnya sebagai latihan untuk invasi terhadapnya. Sekutu telah melakukan latihan tahunan mereka sejak awal bulan ini.
Selain melakukan latihan uji coba rudal, laporan KCNA menyatakan, lebih dari 1,4 juta warga Korut telah secara sukarela bergabung atau mendaftar kembali di militer untuk berperang melawan Seoul dan Washington. Jumlah ini telah naik dari sekitar 800 ribu orang yang dua hari sebelumnya dilaporkan oleh surat kabar milik negara.