Selasa 21 Mar 2023 06:28 WIB

Pengunjuk Rasa Bakar Sampah di Pusat Kota Paris

Unjuk rasa menolak reformasi pensiun melanda Prancis sejak tiga hari terakhir.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Botol-botol sampah disebar selama protes di Paris, Sabtu, 18 Maret 2023. Sejumlah protes menentang rencana Presiden Emmanuel Macron untuk menaikkan usia pensiun Prancis dari 62 menjadi 64 terjadi pada Sabtu di Paris dan sekitarnya, karena sampah yang tidak terkumpul berbau busuk di jalanan ibukota Prancis di tengah pemogokan pekerja sanitasi.
Foto: AP Photo/Lewis Joly
Botol-botol sampah disebar selama protes di Paris, Sabtu, 18 Maret 2023. Sejumlah protes menentang rencana Presiden Emmanuel Macron untuk menaikkan usia pensiun Prancis dari 62 menjadi 64 terjadi pada Sabtu di Paris dan sekitarnya, karena sampah yang tidak terkumpul berbau busuk di jalanan ibukota Prancis di tengah pemogokan pekerja sanitasi.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Para pengunjuk rasa membakar tumpukan sampah di pusat kota Paris pada Senin (20/3/2023). Pemerintah Presiden Emmanuel Macron nyaris lolos dari mosi tidak percaya di parlemen atas reformasi pensiun yang sangat tidak populer.

Segera setelah kegagalan mosi tidak percaya diumumkan, anggota parlemen dari sayap kiri La France Insoumise (LFI) berteriak "Mundur!" kepada Perdana Menteri Elisabeth Borne dan mengacungkan plakat bertuliskan "Kita akan bertemu di jalan."

Baca Juga

"Tidak ada yang diselesaikan, kami akan terus melakukan semua yang kami bisa sehingga reformasi ini ditarik kembali," kata ketua kelompok parlemen LFI Mathilde Panot.

Sedangkan di kota barat daya Bordeaux, sekitar 200-300 orang, kebanyakan anak muda, berkumpul menentang reformasi dan meneriakkan "Macron, mundur!". Beberapa tempat sampah dibakar saat massa meneriakkan "Ini akan meledak."

Selama tiga malam terakhir, bentrokan terkait reformasi pensiun, di Paris dan di seluruh negeri. Peristiwa ini mengingatkan pada protes Rompi Kuning yang meletus pada akhir 2018 karena tingginya harga bahan bakar.

Hari kesembilan pemogokan dan protes nasional dijadwalkan pada Kamis (23/3/2023). "Tidak ada yang merusak mobilisasi pekerja," kata serikat pekerja CGT setelah pemungutan suara. Kelompok ini menyerukan pekerja untuk meningkatkan aksi industri dan berpartisipasi secara besar-besaran dalam pemogokan dan demonstrasi.

Kegagalan mosi tidak percaya akan melegakan Macron. Seandainya berhasil, itu akan menenggelamkan pemerintahannya dan mematikan undang-undang yang ditetapkan untuk menaikkan usia pensiun sebanyak dua tahun menjadi 64 tahun.

Tapi kelegaan itu terbukti berumur pendek. Di beberapa jalan paling bergengsi di Paris, petugas pemadam kebakaran bergegas memadamkan tumpukan sampah yang terbakar yang tidak terkumpul selama berhari-hari karena pemogokan. Aksi pembakaran dilakukan saat pengunjuk rasa kejar-mengejar dengan polisi.

Sebelum peristiwa itu, seorang reporter Reuters melihat polisi menembakkan gas air mata pada pekan lalu. Petugas secara singkat menyerang pengunjuk rasa setelah mosi tidak percaya hampir tidak cukup suara untuk disahkan.

Serikat pekerja dan partai oposisi mengatakan, mereka akan meningkatkan protes untuk mencoba dan memaksa keputusan kembali. Pemungutan suara pada mosi tidak percaya tripartisan lebih dekat dari yang diharapkan. Sekitar 278 anggota parlemen mendukungnya, hanya kurang sembilan dari 287 yang dibutuhkan agar berhasil.

Para penentang mengatakan, ini menunjukkan keputusan Macron untuk melewati pemungutan suara parlemen pada Rancangan Undang-Undang (RUU) pensiun telah merusak agenda reformisnya dan melemahkan kepemimpinannya. RUU ini yang memunculkan mosi tidak percaya di parlemen.

Partai oposisi juga akan menantang RUU tersebut di Dewan Konstitusi. Lembaga ini dapat memutuskan untuk membatalkan sebagian atau seluruhnya jika dianggap melanggar konstitusi.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement