Sabtu 25 Mar 2023 16:15 WIB

Bijih Uranium yang Hilang di Libya Ditemukan

Jumlah uranium yang hilang kurang dari yang dibutuhkan untuk membuat bom nuklir

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Uranium (Ilustrasi)
Foto: nuclearfissionary.com
Uranium (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Sebagian besar dari sekitar 2,5 ton konsentrat bijih uranium alami (UOC) yang baru-baru ini dinyatakan hilang dari sebuah situs di Libya telah ditemukan. Laporan yang dilihat Reuters ini disampaikan oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) kepada negara-negara anggotanya pada Jumat (24/3/2023).

"Inspektur agensi mengonfirmasi bahwa drum-drum ini berisi UOC dan menyaksikan pemindahannya kembali ke lokasi penyimpanan," ujar penyataan IAEA.

Baca Juga

Badan atom Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberi tahu negara-negara anggota dalam pernyataan rahasia serupa pada 15 Maret. Laporan tersebut juga pertama kali dilaporkan oleh Reuters yang menyebutkan 10 drum berisi UOC telah hilang dari situs Libya yang tidak berada di bawah kendali pemerintah.

Jumlah bahan fisil itu memang kurang dari yang dibutuhkan untuk bom nuklir dan perlu melalui proses yang dikenal sebagai konversi dan pengayaan agar dapat digunakan. Namun IAEA mengatakan pada saat itu bahwa kehilangannya dapat menimbulkan risiko radiologis serta masalah keamanan nuklir.

Laporan terbaru itu menyusul pernyataan pasukan Libya timur pekan lalu bahwa mereka telah menemukan drum UOC di dekat gudang tempatnya diambil di Libya selatan. IAEA kemudian melakukan pemeriksaan pada Selasa (21/3/2023) dan menemukan  hanya sejumlah kecil UOC yang masih belum ditemukan.

"Selama (inspeksi), inspektur IAEA mengamati bahwa drum yang tidak ada di lokasi yang dinyatakan pada saat (inspeksi) sebelumnya telah dibawa kembali dan ditinggalkan di dekat lokasi yang dinyatakan," kata pernyataan IAEA.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement