REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Sejumlah pelajar asal Honduras di Taiwan diliputi kecemasan mengenai kelangsungan pendidikan mereka setelah negara di Amerika Tengah itu secara resmi mengalihkan hubungan diplomatiknya ke Cina mulai Ahad (26/3/2023). Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina (MFA) Mao Ning di Beijing, Senin (27/3/2023), berjanji akan menampung para pelajar Honduras di Taiwan yang sedang diliputi perasaan tak menentu itu.
"Cina sangat peduli kepada para pelajar Honduras di Taiwan. Pihak Daratan siap menerima mereka jika mereka ingin melanjutkan studi ke Daratan dan menjadikannya sebagai rumah kedua," kata Mao.
Menurut dia, jalinan hubungan diplomatik yang dibangun menjadi titik awal untuk memperluas pertukaran dan kerja sama budaya, antarmasyarakat, dan pendidikan. Data Kementerian Pendidikan Taiwan (MoE) menyebutkan bahwa jumlah pelajar Honduras yang belajar di Kepulauan itu mencapai 359 orang, sebanyak 104 di antaranya penerima beasiswa pemerintah Taiwan.
Sesuai kebiasaan yang berlaku dalam beberapa tahun terakhir, MoE menolak memberikan beasiswa kepada pelajar dari beberapa negara yang memutus hubungan diplomatik dengan Taiwan. Oleh sebab itu, beberapa pelajar Honduras saat ini khawatir akan kelanjutan pendidikan mereka di tengah terbatasnya pendanaan.
Asosiasi warga Honduras di Taiwan dalam pernyataannya menyatakan bahwa mayoritas pelajar Honduras ingin menyelesaikan studinya sampai lulus. "Ini bukan tentang uang, tapi tentang persahabatan yang kami bangun di Taiwan. Pemerintah Taiwan memberikan nilai-nilai pendidikan dan kebudayaan sebagai contoh untuk membangun masa depan Honduras," demikian pernyataan asosiasi yang dikutip Kantor Berita Taiwan CNA.
Namun sampai saat ini para pelajar Honduras belum menerima informasi apa pun dari kantor perwakilan pemerintahan mereka di Taipei.
Dalam pertemuan antar-Menlu Honduras dan Cina di Beijing, Minggu, menyepakati dan menandatangani komunike bersama. Salah satu isi komunike bersama itu adalah Honduras harus mengakhiri hubungan diplomatik dengan Taiwan yang sudah berjalan selama puluhan tahun sebagai bentuk pengakuan terhadap hanya ada Satu China di dunia.