Rabu 05 Apr 2023 09:18 WIB

Komisi Anak Rusia Tolak Tuduhan ICC Soal Penculikan Anak-Anak Ukraina

Rusia telah menerima 730.000 pengungsi anak dari Donbas, Ukraina, sejak Februari 2022

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Anak laki-laki bermain sepak bola di samping sekolah yang hancur, di latar belakang, di Izium, Ukraina, Senin, 3 Oktober 2022. Komisioner Rusia untuk hak anak-anak pada Selasa (3/4/2023) menolak tuduhan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) bahwa negara ini, bertanggung jawab telah mendeportasi anak-anak dari Ukraina secara paksa dan tidak sah, sebagai tuduhan palsu.
Foto: AP/Francisco Seco
Anak laki-laki bermain sepak bola di samping sekolah yang hancur, di latar belakang, di Izium, Ukraina, Senin, 3 Oktober 2022. Komisioner Rusia untuk hak anak-anak pada Selasa (3/4/2023) menolak tuduhan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) bahwa negara ini, bertanggung jawab telah mendeportasi anak-anak dari Ukraina secara paksa dan tidak sah, sebagai tuduhan palsu.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Komisioner Rusia untuk hak anak-anak pada Selasa (3/4/2023) menolak tuduhan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) bahwa negara ini, bertanggung jawab telah mendeportasi anak-anak dari Ukraina secara paksa dan tidak sah, sebagai tuduhan palsu.

ICC yang bermarkas di Den Haag pada 17 Maret mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Presiden Vladimir Putin dan Komisaris Anak-anak Maria Lvova-Belova atas kejahatan perang mendeportasi anak-anak secara tidak sah dari wilayah Ukraina yang diduduki oleh pasukan Rusia.

Baca Juga

ICC mengatakan, mendapat informasi bahwa ratusan anak telah diambil dari panti asuhan dan rumah perawatan anak di wilayah Ukraina yang diklaim oleh Rusia. Beberapa dari anak-anak itu, menurut ICC, telah diserahkan untuk diadopsi di Rusia.

Lvova-Belova mengatakan pada saat konferensi pers bahwa komisinya bertindak atas dasar kemanusiaan untuk melindungi kepentingan anak-anak di daerah, di mana aksi militer terjadi. Dan tidak menggerakkan siapa pun yang bertentangan dengan keinginan mereka atau orang tua atau wali sah mereka, yang persetujuannya selalu diminta kecuali perwalian mereka hilang.

"Anak-anak juga tidak diberikan hak untuk diadopsi," katanya, mengatakan mereka seharusnya ditempatkan dengan wali sah sementara di rumah asuh.

"Sejauh menyangkut tuduhan ICC, kami tidak mengerti apa yang dituduhkan kepada kami. Beri kami fakta dan kami akan menyelidikinya. Sejauh ini, semuanya tampak seperti lelucon tanpa spesifik dan tidak dapat dipahami," katanya.

ICC tidak menyerahkan dokumen apapun ke kantor Komisi Hak Anak Rusia, keluhnya, sementara Belova mencatat bahwa Rusia juga tidak mengakui yurisdiksi pengadilan internasional apapun juga. Termasuk, kata dia, pihak Ukraina juga tidak mengirimkan permintaan resmi mengenai anak-anak yang diduga terpisah dari orang tua mereka.

Ukraina mengatakan sedang menyelidiki deportasi lebih dari 16 ribu anak, banyak dari mereka diambil dari orang tuanya saat mereka mencoba meninggalkan wilayah yang baru direbut Rusia. Mereka dipindahkan dari lembaga perawatan, atau diambil dari orang yang merawat mereka setelah orang tua mereka meninggal atau tewas dalam perang.

"Beri kami daftar orang tua yang mencari anak-anak mereka dan kami akan menemukan mereka. Jika ibu, ayah mencari dan membutuhkan bantuan, kami terbuka untuk memberikannya," kata Lvova-Belova.

Belova menyebut tuduhan bahwa anak-anak Ukraina telah dibawa ke kamp karena dugaan diberikan doktrinasi pendidikan ulang hanya sebagai teori konspirasi. Komisinya tidak mengetahui satu pun kasus seorang anak dari Ukraina timur dipisahkan dari kerabat sedarahnya, untuk diserahkan ke panti asuhan, tambahnya.

Konflik paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia Kedua telah membunuh atau melukai ratusan ribu orang di kedua sisi, sementara jutaan orang dewasa dan anak-anak telantar oleh apa yang telah berubah menjadi perang artileri.

Ukraina telah memosisikan Rusia sebagai kekaisaran agresor yang brutal, telah melakukan kejahatan perang, termasuk pencurian anak-anak Ukraina. Namun, Rusia mengatakan, sedang melakukan 'operasi militer khusus', mengatakan bahwa Barat telah mengabaikan kejahatan Ukraina sendiri dan menyangkal Ukraina melakukan kejahatan perang itu sendiri.

Lvova-Belova mengatakan, Rusia telah menerima lebih dari 5 juta pengungsi dari wilayah Donbas Ukraina, termasuk 730.000 anak dengan orang tua atau wali sah, sejak Februari 2022, ketika Putin memerintahkan pasukan masuk ke Ukraina.

Para pemimpin Rusia yang sengaja dipasang di dua wilayah Ukraina yang telah diduduki, mengeklaim bahwa sebagian wilayah yang telah dikendalikan oleh Rusia telah meminta untuk menerima warga sipil, termasuk anak yatim piatu dan anak-anak yang orang tuanya hilang, kata komisinya.

Dia mengatakan, 380 anak yatim piatu dan anak-anak yang tidak berada dalam pengawasan orang tua mereka telah ditempatkan di bawah perwalian keluarga asuh Rusia antara April dan Oktober tahun lalu.

Mereka akan bebas untuk kembali ketika situasinya aman, tambahnya, jika mereka berusia 18 tahun atau lebih dan menginginkan pulang, atau jika orang tua atau wali sah mereka atau pihak berwenang setempat mengambil mereka.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement