REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Kepala organisasi penyelamat Ukraina Mykola Kuleba mengatakan, Sabtu (8/4/2023), organisasi tersebut telah membawa kembali 31 anak dari Rusia. Anak-anak itu dibawa ke Moskow selama perang yang berkecamuk di Kiev.
Kuleba mengatakan, anak-anak itu diharapkan tiba di ibu kota pada sore hari. Kuleba adalah direktur eksekutif organisasi Save Ukraine dan komisaris presiden untuk hak-hak anak.
Deportasi anak-anak Ukraina telah menjadi perhatian sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022. Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) meningkatkan tekanan pada Rusia ketika mengeluarkan surat pada 17 Maret. Surat ini memuat agar Presiden Vladimir Putin dan komisaris hak anak Rusia Maria Lvova-Belova ditangkap, menuduh mereka menculik anak-anak dari Ukraina.
Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan pada pekan ini, telah melakukan kontak dengan Lvova-Belova. Upaya ini merupakan konfirmasi pertama intervensi internasional tingkat tinggi untuk menyatukan kembali keluarga dengan anak-anak yang dideportasi secara paksa.
Juru bicara ICRC Jason Straziuso mengatakan, organisasi itu berhubungan dengan Lvova-Belova sejalan dengan mandatnya untuk memulihkan kontak antara keluarga yang terpisah. Tindakan ini memfasilitasi reunifikasi jika memungkinkan.
Investigasi Associated Press mengungkapkan keterlibatan Lvova-Belova dalam penculikan. Ditemukan upaya terbuka untuk menempatkan anak-anak Ukraina agar diadopsi di Rusia.
Lvova-Belova mengatakan dalam pertemuan tidak resmi Dewan Keamanan PBB pada Rabu (5/4/2023), bahwa anak-anak itu diambil untuk keselamatannya, bukan diculik. Klaim ini telah ditolak secara luas oleh masyarakat internasional.
Jumlah pasti anak-anak Ukraina yang dibawa ke Rusia sulit ditentukan. Sebuah pernyataan yang diposting di Twitter Duta Besar Ukraina untuk PBB Sergiy Kyslytsya mengatakan pada Rabu, lebih dari 19.500 anak telah diambil dari keluarga atau panti asuhan Ukraina dan dideportasi secara paksa.