Ahad 09 Apr 2023 16:15 WIB

Radio yang Dikelola Perempuan Afghanistan Kembali Mengudara

Taliban menutup Sadai Banowan selama seminggu karena memutar musik ketika Ramadhan

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Sebuah stasiun radio yang dikelola perempuan di timur laut Afghanistan telah melanjutkan siarannya. Sebelumnya pejabat Taliban menutup stasiun radio tersebut selama seminggu karena memutar musik ketika Ramadhan.
Foto: pixabay
Sebuah stasiun radio yang dikelola perempuan di timur laut Afghanistan telah melanjutkan siarannya. Sebelumnya pejabat Taliban menutup stasiun radio tersebut selama seminggu karena memutar musik ketika Ramadhan.

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Sebuah stasiun radio yang dikelola perempuan di timur laut Afghanistan telah melanjutkan siarannya. Sebelumnya pejabat Taliban menutup stasiun radio tersebut selama seminggu karena memutar musik ketika Ramadhan.

Stasiun radio Sadai Banowan, yang berarti “suara perempuan” dalam bahasa Dari, diluncurkan 10 tahun lalu di Provinsi Badakhshan. Ini merupakan satu-satunya stasiun radio yang dikelola perempuan di Afghanistan.  Enam dari delapan stafnya adalah perempuan.

Baca Juga

Direktur Informasi dan Budaya di Badakhshan, Moezuddin Ahmadi, mengatakan, stasiun radio tersebut diizinkan untuk melanjutkan aktivitas pada Kamis (6/4/2023) setelah mematuhi hukum dan peraturan yang ditetapkan oleh Taliban. Radio itu setuju untuk berhenti menyiarkan segala jenis musik.

"Setelah kami memberikan komitmen kepada pejabat di Departemen Informasi dan Budaya, mereka membuka kunci pintu stasiun, dan kami mulai mengudara lagi," ujar Pemimpin Radio Sadai Banowan, Najia Sorosh.

Komite Keselamatan Jurnalis Afghanistan (AJSC) menyambut baik dimulainya kembali siaran radio Sadai Banowan. “Mengikuti upaya advokasi AJSC, radio Sadia Banowan melanjutkan siarannya,” katanya.

Perwakilan dari Kementerian Informasi dan Kebudayaan dan Direktorat Kebajikan dan Kebajikan telah menutup stasiun radio tersebut seminggu sebelumnya. Menurut Asosiasi Jurnalis Independen Afghanistan, banyak jurnalis kehilangan pekerjaan setelah Taliban mengambil alih pada Agustus 2021. Outlet media tutup karena kekurangan dana atau staf mereka meninggalkan Afghanistan.

Taliban telah melarang perempuan untuk bekerja dan mengakses pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi. Sejauh ini, Taliban secara resmi tidak melarang musik. Ketika Taliban berkuasa pada akhir 1990an, mereka melarang televisi, radio, dan surat kabar di Afghanistan.

sumber : AP
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement